Mikrobiologi Rongga Mulut Penyebab Ginggivitis (Radang Gusi)
BAB I PENDAHULUAN
Gingivitis adalah proses peradangan
yang terbatas pada jaringan epitel mukosa yang mengelilingi bagian leher dari
gigi dan proses alveolar. Gingivitis telah diklasifikasikan berdasarkan
penampilan klinis (misalnya, ulseratif, hemorrhagic, necrotizing, bernanah),
etiologi (misalnya, drug-induced, hormonal, nutrisi, infeksi, plaque-induced),
dan durasi (akut, kronis). Jenis yang paling umum dari gingivitis adalah bentuk
kronis yang disebabkan oleh plak.
Direktorat Kesehatan Gigi menemukan di
9 propinsi (Jabar, Jateng, DIY, Bali, Jatim, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulut)
bahwa prevalensi penyakit periodontal adalah 63,59% pada pelita III dan 77%
pada pelita IV. Pada literatur lain disebutkan lebih dari 80% anak usia muda
dan semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis.
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada
gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi plak. Menurut profil kesehatan
Indonesiatahun 2001 kelainan periodontal pada tahun 2001 terjadi sebesar 61%.
Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang disebabkan infeksi bakteri,
secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun
tidak langsung dari respon imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator
infeksi (PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium
adalah jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum
periodontal dan tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat
interaksi faktor pejamu, mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Gingivitis
adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva
dan bersifat reversibel.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gingivitis merupakan proses peradangan didalam
jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang
melekat pada tepi gingiva.
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Pada
kondisi ini tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada pemeriksaan klinis
terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang
bervariasi, perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk
gingiva. Peradangan gingiva tidak disertai rasa sakit. Peradangan
gingiva disebabkan oleh faktor plak
maupun non-plak
B. Macam
- macam gingivitis
1.
Gingivitis marginalis kronis
Merupakan
suatu peradangan gingiva pada daerah margin yang banyak dijumpai pada anak,
ditandai dengan perubahan warna, ukuran konsistensi, dan bentuk permukaan
gingiva. Penyebab peradangan yang paling umum yaitu disebabkan oleh penimbunan
bakteri plak. Perubahan warna dan pembengkakan gingiva merupakan gambaran
klinis terjadinya gingivitis marginalis kronis.
2.
Eruption gingivitis
Merupakan
peradangan yang terjadi di sekitar gigi yang sedang erupsi dan berkurang
setelah gigi tumbuh sempurna dalam rongga mulut, sering terjadi pada anak usia
6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Eruption gingivitis berkaitan
dengan akumulasi plak.
3.
Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth
(eksfoliasi parsial)
Pada
pinggiran margin yang tererosi akan terdapat akumulasi plak, sehingga dapat
terjadi edema sampai dengan abses.
4.
Gingivitis pada maloklusi dan malposisi
Peradangan
disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi merah kebiruan, pembesaran
gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam yang menyebabkan terjadinya pus,
meningkat pada anak-anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar,
kebiasaan bernafas melalui mulut, open bite, edge to edge, dan protrusif.
5.
Gingivitis pada mucogingival problems
Mucogingival
problems merupakan salah satu kerusakan atau penyimpangan morfologi, keadaan,
dan kuantitas dari gingiva di sekitar gigi antara margin gingiva dan
mucogingival junction yang ditandai oleh mukosa alveolar yang tampak tipis dan
mudah pecah, susunan jaringan ikatnya yang lepas serta banyaknya serat elastis.
6.
Gingivitis karena resesi gusi lokalisata
Terjadi
karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang tinggi, dan
kebersihan mulut yang buruk.
7.
Gingivitis karena alergi
Mc
Donald dan Avery, 2004 menyatakan bahwa adanya peradangan pada gingiva yang
bersifat sementara terutama berhubungan dengan perubahan cuaca.5
8.
Gingivitis Artefacta
Peradangan
karena perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri.
Salah satu penyakit periodontal yang disebabkan oleh adanya cedera fisik pada
jaringan gingiva disebut sebagai gingivitis artefakta yang memiliki varian
mayor dan minor.
Gingivitis
artefakta minor merupakan bentuk yang kurang parah dan dipicu oleh iritasi
karena kebiasaan menyikat gigi yang terlalu berlebihan. Kondisi ini juga dapat
terjadi akibat menusuk gingiva dengan menggunakan jari kuku atau benda asing
lainnya.
Gingivitis
artefakta mayor merupakan bentuk yang lebih parah, karena melibatkan jaringan
periodontal. Perilaku ini berhubungan dengan gangguan emosional. Peradangan
gingiva oleh karena perilaku mencederai diri sendiri terjadi pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa dan prevalensinya lebih banyak terjadi pada
perempuan
C. Penyebab
utama gingivitis
1.
Acquired Pelicle
Merupakan
lapisan tipis, licin, tidak berwarna, translusen, aseluler, dan bebas bakteri.
Lokasinya tersebar merata pada permukaan gigi dan lebih banyak terdapat pada
daerah yang berdekatan dengan gingiva. Jika diwarnai dengan larutan disclosing
solution akan terlihat suatu permukaan yang tipis dan pucat bila dibandingkan
dengan plak yang lebih kontras warnanya.
2.
Materi Alba
Materi
alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih keabu-abuan yang
melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus, dan gingiva. Tidak mempunyai
struktur yang spesifik serta mudah disingkirkan dengan semprotan air, akan
tetapi untuk penyingkiran yang sempurna diperlukan pembersihan secara mekanis.
Materi
alba dapat menyebabkan iritasi lokal pada gingiva sehingga dapat merupakan
penyebab umum terjadinya peradangan pada gingiva. Efek iritasi oleh materi alba
ini disebabkan oleh bakteri serta produk – produknya. Deposit ini perlekatannya
kurang erat jika dibandingkan dengan plak gigi. Deposit dapat terlihat jelas
tanpa menggunakan larutan disklosing dan cenderung menumpuk pada sepertiga
gingival mahkota gigi dan pada gigi yang
malposisi.
Deposit
ini dapat terbentuk pada permukaan gigi yang baru dibersihkan dalam beberapa
jam dan pada waktu tidak digunakan untuk pengunyahan.
3.
Food Debris
Kebanyakan
debris akan segera mengalami liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5 – 30
menit setelah makan, tetapi sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi dan
membran mukosa. Aliran saliva, aksi mekanis dari lidah, pipi, dan bibir serta
bentuk dan susunan gigi dan rahang akan memengaruhi kecepatan pembersihan sisa
makanan. Pembersihan ini dipercepat oleh proses pengunyahan dan viskositas
ludah yang rendah. Walaupun debris makanan mengandung bakteri, tetapi berbeda
dari plak dan materi alba, debris ini lebih mudah dibersihkan.
4.
Plak gigi
Plak
gigi merupakan mikroorganisme pada permukaan gigi yang melekat pada matriks
polimer saliva yang berasal dari bakteri. Plak gigi mengalami perkembangan pada
permukaan gigi dan membentuk bagian pertahanan pejamu di dalam rongga mulut.
Sebagai contoh, penggunaan antibiotik yang berspektrum luas secara
berkepanjangan. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan mikroorganisme secara
berlebihan khususnya jamur dan bakteri.
Plak
gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur ataupun semprotan air dan
hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Jika jumlahnya
sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diberi dengan larutan disklosing
atau sudah mengalami diskolorisasi oleh pigmen – pigmen yang berada dalam
rongga mulut. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu – abu, abu – abu
kekuningan, dan kuning.
D. Peradangan
ginggiva
1.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor lokal
Peradangan gingiva oleh karena faktor lokal
adalah termasuk jenis anatomi dan perkembangan gigi, karies, faktor iatrogenik,
gigi malposisi, bernapas melalui mulut, overhanging,
gigitiruan sebagian, kurangnya attached
gingiva, dan resesi.
Peradangan yang tergolong kronis ataupun
rekuren dipicu oleh trauma mekanis seperti dari penyikatan gigi, menusuk gigi
dan menggigit makanan keras, seperti apel.
Keparahan perdarahan bergantung pada
intensitas peradangan. Dinding pembuluh darah berkontraksi, aliran darah berkurang,
trombosit darah melekat pada tepi jaringan, dan fibrous terbentuk mengalami
kontraksi dan menyebabkan tepi gingiva mengalami peradangan. Perdarahan pada
gingiva disebabkan oleh peradangan dan dapat terjadi secara spontan pada
gingiva. Laserasi gingiva oleh karena bulu sikat gigi selama penyikatan gigi
secara agresif dapat menyebabkan perdarahan gingiva bahkan pada kondisi tanpa
adanya penyakit gingiva. Sensasi terbakar pada gingiva dari makanan panas atau
kimia juga dapat meningkatkan perdarahan pada gingiva.
2.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
perubahan sistemik.
Pada beberapa gangguan sistemik, perdarahan
gingiva terjadi secara spontan setelah iritasi. Kondisi tersebut akibat
perdarahan abnormal pada kulit, organ internal, dan jaringan lain, termasuk
mukosa rongga mulut.
Pengaruh terapi, kontrasepsi oral, kehamilan,
dan siklus menstruasi juga dilaporkan sebagai faktor yang mempengaruhi
perdarahan pada gingiva.
Beberapa medikasi juga telah ditemukan
memiliki pengaruh negatif pada gingiva. Sebagai contoh, antikonvulsan,
antihipertensi berupa calcium channel
blocker, dan obat imunosupresan diketahui menyebabkan pembesaran gingiva
yang dapat menyebabkan perdarahan gingiva sekunder.4
3.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor hormon
Perubahan hormon seksual berlangsung semasa
pubertas dan kehamilan, keadaan ini dapat menimbulkan perubahan jaringan
gingiva yang merubah respons terhadap produk-produk plak.
Pada masa pubertas insidensi peradangan
gingiva mencapai puncaknya dan perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol
plak tetap tidak berubah.
Plak dapat menyebabkan peradangan yang hebat
pada masa pubertas yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan.
Bila masa pubertas sudah lewat, peradangan cenderung reda dengan sendirinya
tetapi tidak dapat hilang kecuali bila dilakukan pengkontrolan plak yang
adekut.
4.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor nutrisi
Peradangan gingiva karena malnutrisi ditandai
dengan gingiva tampak bengkak, berwarna merah terang karena defisiensi vitamin
C. Kekurangan vitamin C mempengaruhi fungsi imun sehingga menurunkan kemampuan
inang melindungi diri dari produk-produk seluler tubuh berupa radikal oksigen.
5.
Gingivitis yang disebabkan oleh faktor
non-plak
a.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri
Spesifik
Peradangan
gingiva dapat terjadi ketika faktor patogen yang berhubungan dengan non-plak
melebihi peranan dari respon daya tahan host. Lesi dapat disebabkan oleh
bakteri dan mungkin tidak disertai oleh lesi ditempat lain pada tubuh. Contoh
umum dari lesi tersebut yang berkaitan dengan infeksi melalui Neisseria gonorrhea, Treponema pallidum,
Sttreptococci, Mycobacterium chelonae atau organisme lain. Manifestasi dari
lesi gingiva nampak ulserasi berwarna merah terang yang edematous dan sangat
sakit, asimptomatik atau mucous patches, atau gingivitis atypical non ulserasi,
peradangan gingiva yang parah. Biopsy dilakukan melalui pemeriksaan
mikrobiologi untuk menunjukkan riwayat lesi.
b.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus
Ø Infeksi
Virus Herpes
Infeksi
virus dikenal sebagai penyebab peradangan gingiva yang utama adalah virus
herpes : virus herpes simplex type 1 dan 2 serta virus varicella-zooster. Virus
ini biasanya menyerang tubuh manusia sejak kanak-kanak dan dapat berkembang
menjadi penyakit mukosa rongga mulut yang diikuti dengan periode laten dan
kadang – kadang terjadi reaktivasi. Virus herpes simplex type 1 (HSV-!)
biasanya menyebabkan manifestasi rongga mulut, sementara virus herpes simplex
type 2 (HSV-2) terutama melibatkan infeksi anogenital dan melibatkan infeksi
oral.
Ø Gingivostomatitis
Herpetika Primer
Infeksi
herpes simplex adalah infeksi virus yang paling umum. Herpes simplex adalah
virus DNA dengan derajat infeksi rendah, dimana setelah memasuki epitel mukosa
oral, menembus ujung saraf dan dengan transportasi retrograde melalui reticulum
endoplasmatik menuju ke ganglion trigeminal dimana virus tersebut dapat menetap
selama bertahun-tahun. Virus ini juga telah diisolasi pada lokasi diluar saraf
seperti gingival. Virus herpes simplex dapat berperan pada erythema multiforme. Telah
ditemukan virus herpes simplex pada gingivitis, acute necrotizing gingivitis,
dan periodontitis
Ø Herpes
Zooster
Virus
varicella zoster menyebabkan varicella sebagai infeksi primer yang sembuh
dengan sendirinya. Terutama terjadi pada anak- anak dan reaktivasi dari virus
pada usia dewasa menyebabkan herpes zoster. Manifestasi keduanya dapat
melibatkan gingiva. Chicken pox disertai dengan demam, malaise dan skin rash. Lesi intraoral adalah ulser
kecil biasanya pada lidah, palatum dan gingiva. Virus tetap berada dalam
ganglion akar dorsal dimana virus dapat direaktivasi bertahun-tahun setelah
infeksi primer. Reaktivasi selanjutnya mengakibatkan herpes zoster, dengan lesi
unilateral setelah saraf terinfeksi. Secara normal reaktivasi mempengaruhi
ganglia thoracic pada orang tua atau pasien immunocompromised.
Reaktivasi virus yang berasal dari ganglion trigeminal terjadi sekitar 20%.
Jika percabangan kedua atau ketiga dari saraf trigeminal terlibat, peradangan
kulit juga dapat muncul bersama dengan peradangan intraoral, atau hanya terjadi
peradangan intraoral, sebagai contohnya adalah peradangan yang timbul pada
palatum gingiva.20
c.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur
Infeksi
jamur pada mukosa oral mencakup penyakit seperti infeksi aspergillosis, blastomycosis, candidosis, coccidioidomycocis,
cryptococcosis, histoplasmosis, mucormycosis dan paracoccidioidomycosis,
tetapi beberapa infeksi sangat jarang dan tidak semua infeksi tersebut
bermanifestasi sebagai peradangan gingiva.
Ø Candidosis
Variasi
spesies candida ditemukan berasal dari mulut manusia termasuk C. Albicans, C. Glabrata, C. Krusei, C.
Tropicalis, C. Parapsilosis, dan C. Guillermondii. Jamur ini hidup normal
dalam kavitas oral tetapi juga suatu patogen opportunistik. Prevalensi oral carriage dari C. Albicans pada orang dewasa sehat sekitar 3%-48%,
variasi yang besar terjadi karena perbedaan pada sampel populasi dan prosedur
yang digunakan. Proporsi C. Albicans pada populasi jamur dalam rongga mulut
dapat mencapai sekitar 50-80%, dan sejauh ini infeksi jamur pada mukosa oral
yang paling sering adalah candidosis yang disebabkan oleh organisme C.
Albicans. Infeksi oleh C. Albicans biasanya terjadi sebagai konsekuensi dari
berkurangnya sistem pertahanan tubuh termasuk immunodefisiensi, berkurangnya
sekresi saliva merokok dan perawatan dengan kortikosteroid. Gangguan flora
mikroba oral, seperti setelah terapi dengan antibiotik berspektrum luas, yang
dapat menyebabkan oral candidosis.
Ø Linear
Gingival Erythema
Linear
Gingival Erythema (LGE) dianggap suatu manifestasi gingival dari immunosupression yang ditandai dengan
linear erythematousband yang terdapat
pada free gingiva. LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan
terhadap jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau hilangnya
attachment. Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah peradangan tidak
merespon secara baik pada peningkatan oral higiene atau skeling. Perluasan
gingival banding yang diukur berdasarkan jumlah daerah yang terlibat yang telah
terbukti bergantung pada penggunaan tembakau. Sementara 15% dari daerah yang
terlibat mengalami perdarahan saat probing dan 11% nampak perdarahan spontan,
tanda khas dari LGE dianggap sebagai berkurangnya perdarahan saat probing.
d. Penyakit
Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik
Ø Hereditary
Gingival Fibromatosis
Hyperplasia
gingiva (sinonim dengan gingival
overgrowth, gingival fibromatosis), dapat terjadi sebagai efek dari
pengobatan sistemik seperti phenytoin, sodium valproate, cyclosporine dan
dihydropyridines. Peradangan tergantung pada perluasan plak. Hyperplasia
gingiva dapat berasal dari faktor genetik. Peradangan tersebut dikenal sebagai hereditary gingival fibromatosis (HGF)
adalah suatu keadaan yang tidak biasa yang ditandai oleh diffuse gingival enlargement, kadang- kadang menutupi sebagian
besar permukaan, atau seluruh gigi. Peradangan timbul tanpa tergantung dari
pengangkatan plak secara efektif.
E. Gambaran
klinis gingivitis
Secara umum, gambaran klinis gingivitis
adalah adanya tanda klinis berikut: kemerahan, perdarahan akibat stimulasi,
perubahan kontur, adanya plak atau kalkulus dan secara radiografi tidak
ditemukan kehilangan tulang alveolar. Pemeriksaan histologi jaringan gingiva
yang mengalami peradangan menunjukkan ulserasi epitel. Keberadaan radang
memberikan pengaruh negatif terhadap fungsi epitel sebagai pelindung. Perbaikan
ulserasi epitelium ini bergantung pada aktivitas proliferative atau
regenerative sel epitel.
Gejala klinis gingivitis yang parah adalah
termasuk eritema, edema, dan pembesaran hiperplastik. Daerah anterior
menunjukkan kondisi yang lebih parah dengan adanya gigi yang berjejal ringan,
dan bernapas melalui mulut. Pada saat probing
tidak terdapat kehilangan perlekatan, dan poket tidak terdapat di daerah cementoenamel junction.
F. Karakteristik
gingivitis
a.
Perubahan Warna Gingiva
Warna
gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh
darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam epitel. Perubahan
warna merupakan tanda klinis dari penyakit pada gingiva. Warna gingiva normal
adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas jaringan dan lapisan
epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat
keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang. Warna menjadi pucat
ketika keratinisasi mengalami reduksi.
Peradangan
kronis menyebabkan warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi dan
keratinisasi. Vena akan memberikan kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan
warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses peradangan. Perubahan
terjadi pada papilla interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada attached gingiva.
b.
Perubahan Konsistensi
Baik
kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi
gingiva normal yang kaku dan tegas. Seperti yang dinyatakan bahwa pada
gingivitis kronis, perubahan destruktif atau edema dan reparative atau fibrous
terjadi secara bersamaan, dan konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan
kondisi yang dominan.
c.
Perubahan Klinis dan Histopatologis
Pada
peradangan gingiva, perubahan histopatologi menyebabkan perdarahan gingiva
akibat dilatasi, pembengkakan kapiler, dan penipisan atau ulserasi epitel.
Karena kapiler membengkak dan menjadi lebih dekat ke permukaan, menipis,
epitelium kurang protektif, dan stimuli yang secara normal tidak melukai dapat
menyebabkan rupture pada kapiler dan perdarahan gingiva.
Perubahan Klinis dan Histopatologis Konsistensi Gingiva
Macam
|
Perubahan Klinis
|
Gambaran Mikroskopis
|
Gingivitis Kronis
|
1. Pembengkakan lunak yang dapat membentuk lubang
sewaktu ditekan.
|
1. Infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan.
|
2. Gingiva lunak pada saat probing dan area permukaan pinpoint tampak kemerahan.
|
2. Degenerasi jaringan konektif dan epitel yang memicu
peradangan dan; Perubahan pada jaringan konektif - epitel dengan jaringan
konektif yang mengalami pembengkakan dan peradangan, meluas sampai ke
permukaan jaringan epitel, penebalan epitel, edema dan invasi leukosit,
dipisahkan oleh daerah yang mengalami elongasi terhadap jaringan konektif.
|
|
3. Konsistensi kaku dan kasar
|
3. Fibrosis dan proliferasi epitel akibat
peradangan kronis yang berkepanjangan.
|
|
Ginggivitis Akut
|
1. Pembengkakan dan gingiva yang lunak.
|
1. Edema yang berasal dari peradangan akut.
|
2. Debris berwarna keabu-abuan.
|
2. Nekrosis dengan pembentukan membran yang terdiri
dari bakteri, leukosit polimorfonuklear, dan degenerasi epitel fibrous
|
|
3. Pembentukan vesikel.
|
3. Edema interseluler dan intraseluler dengan degenerasi
nukleus dan sitoplasma, dan rupture dinding sel
|
4.
Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Permukaan
gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. Stippling terbatas pada attached
gingiva dan secara dominan terdapat pada daerah subpapila, tetapi meluas
sampai ke papilla interdental. Secara biologis stippling pada gingiva tidak diketahui, beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa kehilangan stippling
merupakan tanda awal dari terjadinya gingivitis. Pada peradangan kronis,
permukaan gingiva halus dan mengkilap atau kaku, tergantung pada perubahan
eksudatif atau fibrotik. Tekstur permukaan yang halus juga dihasilkan oleh
atropi epitel pada gingivitis, dan permukaan yang rupture terjadi pada gingivitis
kronis. Hiperkeratosis dengan tekstur kasar, dan pertumbuhan gingiva secara
berlebih akibat obat akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada
gingiva.
5.
Perubahan Posisi Gingiva
Salah
satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi pada gingiva. Lesi
traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal merupakan lesi yang
paling umum pada rongga mulut. Lesi akibat kimia termasuk karena aspirin,
hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan endodontik. Lesi karena
fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan tindik pada lidah yang dapat
menyebabkan resesi gingiva. Lesi karena termal dap-at berasal dari makanan dan
minuman yang panas. Pada kasus akut, epitelium yang nekrotik, erosi atau
ulserasi, dan eritema merupakan gambaran umum. Sedangkan pada kasus kronis,
terjadi dalam bentuk resesi gingiva.
6.
Perubahan Kontur gingiva
Perubahan
pada kontur gingiva berhubungan dengan pembesaran gingiva, tetapi perubahan
tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain. Ketika resesi ke apikal,
celah menjadi lebih lebar, dan meluas ke permukaan akar. Ketika lesi mencapai mucogingival junction, mukosa rongga
mulut mengalami peradangan karena kesulitan untuk mempertahankan kontrol plak
yang adekuat pada daerah ini. Istilah McCall
festoon telah digunakan untuk menggambarkan penebalan pada gingiva yang
diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival junction.
G. Mekanisme
terjadinya gingivitis
Peradangan pada jaringan gusi merupakan tahap
paling awal dari penyakit periodontal. Kondisi ini disebabkan oleh iritasi dari
plak yang biasanya menumpuk di pinggiran gusi. Apabila plak tidak dibersihkan,
bakteri-bakteri yang berada didalamnya akan menghasilkan toksin yang
mengiritasi gusi yang berakibat pada inflamasi. Ciri-ciri yang terlihat yaitu
gusi membengkak dengan warna merah, dan gampang berdarah saat menyikat
gigi/flossing. Perawatan akan membantu gusi kembali sehat seperti semula.
Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe
lesi yang berbeda. Keempatnya adalah lesi awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi
lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk waktu yang lama. Selain
itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh karena
perawatan.
H. Bakteri
yang berperan pada gingivitis
Mayoritas disebabkan oleh mikroorganisme yang
berada pada atau dibawah margin gingiva. Pada gingiva sehat bakteri terdiri
atas gram positif. Terbanyak adalah dari Actinomyces
dan Streptococcus. Jika
keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi pergeseran komposisi plak
sehingga jumlah bakteri anaerob gram negatif meningkat.
Pada gingivitis tidak terjadi kerusakan pada
perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi kehilangan kolagen
pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan Prevotella
nigrescens subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena
estrogen dan progesteron yang banyak
dalam jaringan ikat gingiva digunakan oleh Pi untuk tumbuh sebagai pengganti
vitamin K yang merupakan faktor penumbuh penting bagi bakteri.
P. Gingivalis, B.
Intermedius, dan A. Actinomycetemcommitans bakteri-bakteri ini dominan pada radang
gusi (ginggivitis) dan radang sekitar ujung akar gigi sampai terjadi bengkak
bernanah (abses). Bakteri lainnya antara lain :
·
Veillonella
Genus Veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan Veillonella
parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai diameter 5µm tidak
bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak
memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam2 lain
sebagai sumber energi(Rogosa, 1964). Rogosa (1956) menemukan media khusus untuk
membiakan dari spesimen yang berasal dari klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam
usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak
diberbagai tempat di dalam mulut(Hardie dan Bowden, 1974). Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia
ditemukan dari spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan
appendicitis, periodontitis, pulmonary gangrene dan tonsilitis(Nolte, 1973),
peranan dari Veillonella pada infeksi
campuran ini belum betul2 jelas, walaupun dinding sel memiliki
lipopolysaccharide dengan kemampuan endotoxic. Bila Veillonella terdapat pada
plaque dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis
marginalis kronis dan periodontitis marginalis kronis.
·
Leptotrichia
Mempunyai
spesies tunggal yaitu Leptotrichia
buccalis, berbentuk lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved)
rods, 1,5 µm lebar dan 5 – 15 µm panjang dimana ujungnya bisa bulat(rounded)
atau runcing(pointed), tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah
gram-positive granules. Leptotrichia buccalis adalah anaerob dan lingkungan
dengan 5 % carbon dioxide merupakan tempat pembiakan dan tubuh yang disukai. Leptotrichia buccalis tidak menimbulkan
infeksi rongga mulut yang spesifik.Hadi dan Russell (1969) menemukan Leptotrichia buccalis dalam konsentrasi
yang rendah pada ulcerative gingivitis dan advance chronic periodontal diaseas.
· Spesies Treponema
Troponema denticola ,Treponema macrodentium, Treponema
orale, Treponema
scoliodontum dan Treponema vicentii, dapat dibiakan dalam keadaan anaerob dengan “membrane-filter technique”. Loe, Theilade dan Jensen (1965) meneliti gingivitis pada manusia selama 10 – 21 hari setelah pemeriksaan OH. Dengan menggunakan ”smear technique dan pemeriksaan mikroskopi, menunjukaan vibrio dan spirochetes meninkat dalam plaque dan marginal gingiva setelah 2 minggu tanpa OH. Bentuk coccal dan filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi bahwa spirochetes beeperan dalam terjadinya gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari ”oral treponems(Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961). Gibbons dkk, (1963) menemukan porsentase spirochetes pada debris dari gingival crevise dari subject dengan penyakit periodontal tiga kali lebih banyak dari subject normal.
scoliodontum dan Treponema vicentii, dapat dibiakan dalam keadaan anaerob dengan “membrane-filter technique”. Loe, Theilade dan Jensen (1965) meneliti gingivitis pada manusia selama 10 – 21 hari setelah pemeriksaan OH. Dengan menggunakan ”smear technique dan pemeriksaan mikroskopi, menunjukaan vibrio dan spirochetes meninkat dalam plaque dan marginal gingiva setelah 2 minggu tanpa OH. Bentuk coccal dan filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi bahwa spirochetes beeperan dalam terjadinya gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari ”oral treponems(Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961). Gibbons dkk, (1963) menemukan porsentase spirochetes pada debris dari gingival crevise dari subject dengan penyakit periodontal tiga kali lebih banyak dari subject normal.
I. Komposisi
mikroba plak gigi pada gingivitis
Pada peradangan gingiva lapisan plak memiliki
ketebalan 400 μm, bahkan lebih tebal. Peradangan gingiva berhubungan dengan
akumulasi plak di sekitar margin gingiva. Kondisi ini menyebabkan perubahan
komposisi plak dari mikroflora streptococci
menjadi Actinomyces spp. Mikroflora
mengalami peningkatan pada jumlah spesies selama perkembangan gingivitis.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi peningkatan mikroba Fusobacterium nucleatum, P. Intermedia, Capnocytophaga spp., Eubacterium
spp., dan spirochete pada gingiva
yang mengalami peradangan.
J. Mekanisme
aksi bakteri pada gingivitis
·
Invasi
Terjadinya
gingivitis tidak selalu didahului oleh invasi bakteri. Syarat utama adalah
adanya bakteri patogen spesifik yang melekat ke permukaan gigi disekitar
gingiva. Tidak ada organisme spesifik atau kelompok organisme tertentu yang
secara positif atau khusus diidentifikasi sebagai penyebab kerusakan jaringan
periodontal, tetapi ada beberapa mikroorganisme yang ditemukan pada kondisi
penyakit periodontal tertentu. Telah dibuktikan bahwa pada keadaan ini terjadi
invasi bakteri ke jaringan ikat.
·
Agen sitotoksik
Endotoksin
yaitu substansi lipopolisakarida yang terdapat dalam dinding sel bakteri gram
negatif, yang dapat menjadi penyebab langsung nekrosis jaringan, selain sebagai
pencetus terjadinya proses peradangan dengan memicu respons imunologik. Pada
penelitian kultur jaringan, endotoksin yang terdapat pada mikroorganisme
tertentu di dalam mulut merangsang terjadinya resorpsi tulang.
·
Enzim
Enzim
kolagenase menguraikan fibril dan serabut kolagen, elemen utama pembentuk
gingiva dan ligamen periodonsium. Leukosit memproduksi kolagenase dan terdapat
dalam jumlah besar pada peradangan gingiva tahap awal.
·
Mekanisme imunopatologi
Penelitian
membuktikan bahwa sejumlah antigen plak menginduksi peradangan dengan
merangsang respons imunologik pada binatang percobaan. Baik respons imun
humoral maupun selular dapat ditemukan pada penderita periodontitis.
·
Aksi gabungan
Terdapat
lebih dari satu mekanisme yang terlibat dalam inisiasi dan perkembangan
penyakit periodontal. Sebagai contoh, bahwa enzim dan substansi sitotoksik
bakteri menimbulkan efek langsung terhadap jaringan sulkular dan subsulkular
dengan cara mencetuskan respons imunopatologi secara tidak langsung.
K. Perilaku
yang berhubungan dengan gingivitis
·
Merokok
Plak
gigi sebagai pemicu terjadinya gingivitis merupakan kondisi yang terjadi pada
anak- anak dan orang dewasa. Menurut penelitian muller dkk tahun 2002 setelah diamati selama enam bulan pada
kelompok perokok ditemukan lebih banyak plak supragingiva dibandingkan yang
bukan perokok. Sedangkan menurut penelitian dari calsina dkk tahun 2002 resesi gingiva yang lebih parah terjadi pada
kelompok perokok dibandingkan kelompok yang berhenti merokok dan bukan perokok,
bahkan pada perokok berat terdapat peningkatan terjadinya resesi gingiva
sebanyak 2,3%. Resesi pada perokok disebabkan karena adanya vasokonstriksi dan
berkurangnya respon peradangan yang disebabkan oleh nikotin dari rokok yang
masuk ke dalam aliran darah. Hal ini juga menyebabkan pada kelompok perokok
ditemukan perdarahan pada saat probing dibandingkan kelompok yang bukan perokok
atau yang berhenti merokok.
·
Waktu penyikatan gigi
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Prijantojo
tahun 1996 menyatakan bahwa indeks rata – rata kalkulus dari kelompok yang
menyikat gigi 3x sehari tampak lebih baik dibandingkan kelompok yang menyikat
gigi 2x sehari. Namun, indeks perdarahan gingiva rata – rata pada kelompok yang
menyikat gigi 3x sehari lebih besar dibanding dengan indeks perdarahan rata –
rata dari kelompok yang menyikat gigi 2x sehari pada semua permukaan dari gigi.
Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara akumulasi plak dan
peradangan gingiva.
·
Jenis sikat gigi yang digunakan
Sikat
gigi merupakan salah satu fisioterapi oral yang digunakan untuk membersihkan
gigi dan mulut. Dapat ditemukan beberapa macam jenis sikat gigi, baik manual
maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bulu sikat terbuat dari
berbagai macam bahan, tekstur, panjang, dan kepadatan. Walaupun banyak jenis
sikat gigi tetapi harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan
gigi dan mulut seperti kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran,
tekstur, dan bulu sikat, mudah digunakan, mudah dibersihkan dan cepat kering
sehingga tidak lembab, awet dan tidak mahal, bulu sikat lembut tetapi cukup
kuat dan tangkainya ringan, dan ujung bulu sikat membulat.
·
Frekuensi penyikatan gigi
Frekuensi
pembersihan gigi banyak dihubungkan dengan efektifitas terjadinya pembentukan
plak dan kesehatan gingiva. Pembentukan plak lebih banyak terjadi pada kelompok
yang jarang melakukan pembersihan gigi daripada kelompok yang sering melakukan
pembersihan gigi. Demikian juga pembentukan kalkulus lebih rendah pada kelompok
yang sering melakukan pembersihan gigi.
·
Teknik menyikat gigi
Teknik
menyikat gigi adalah cara yang paling umum dianjurkan untuk membersihkan
deposit lunak pada permukaan gigi dan dan gingiva dan merupakan tindakan
preventif dalam keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh
karena itu, teknik menyikat gigi harus dilaksanakan secara aktif dan teratur.
Kebanyakan
teknik menyikat gigi telah ditetapkan sebagai metode yang efisien dan efektif
untuk membersihkan gigi. Teknik menggosok menjadi metode paling mudah dan
paling sering dalam menyikat gigi. Pasien dengan penyakit periodontal diajarkan
untuk menggunakan teknik penyikatan sirkular dengan menggunakan gerakan vibrasi
untuk meningkatkan akses pada daerah gingiva.
Metode yang dianjurkan adalah Teknik Bass
karena teknik ini menekankan penempatan bulu sikat secara sulkular. Ujung bulu sikat pada margin gingiva untuk
mencapai plak supragingiva dengan menggunakan gerakan yang terkontrol untuk
mencegah trauma.4
·
Kebiasaan menusuk gigi
Kebiasaan
menusuk gigi untuk membersihkan gigi dapat mengakibatkan terjadinya keradangan
gingiva. Dari peradangan inilah yang akan menyebabkan terjadinya gingivitis.
·
Obat-obatan atau medikasi
Beberapa medikasi dapat berpengaruh buruk terhadap
gingiva. Sebagai contoh, obat-obatan antikonvulsan seperti fenitoin,
antihipertensi , dan obat imunosupresan seperti siklosporin yang menyebabkan
pembesaran gingiva sehingga berakibat gingiva mudah berdarah. Dikatakan bahwa
gingivitis terjadi sebagai respons terhadap akumulasi plak yang tidak
terkontrol.
L. Akibat
yang ditimbulkan oleh gingivitis
Peradangan gingiva kronis dapat menyebabkan
pembesaran gingiva. Pertumbuhan gingiva bertambah parah pada pasien dengan
faktor genetik atau faktor sistemik yang berhubungan dengan obat, sebagai
contoh; obat anti-konvulsan, dan siklosporin. Pada individu yang mengkonsumsi
fenitoin, pertumbuhan gingiva secara berlebih dapat dihilangkan dengan
kebersihan rongga mulut individu secara tepat. Pertumbuhan gingiva berlebih
terkadang tidak dapat mengembalikan jaringan periodonsium kembali menjadi
normal. Pertumbuhan gingiva yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan pasien untuk membersihkan gigi secara adekuat, dan menyebabkan
terjadinya masalah estetik dan fungsional.
Pada pasien dengan pertumbuhan gingiva
berlebihan, pembedahan untuk rekonturisasi dapat dilakukan untuk mempertahankan
lingkungan pada rongga mulut. Penanganan post-operatif setelah reseksi jaringan
penting untuk dilakukan
Rekurensi terjadi pada kebanyakan pasien
dengan pertumbuhan gingiva berlebihan akibat obat. Pada pasien
tersebut, konsultasi dengan dokter umum dapat disarankan untuk menentukan
apakah memungkinkan untuk menggunakan terapi obat alternatif yang tidak
menyebabkan pertumbuhan gingiva secara berlebihan. Jika tidak, pembedahan atau
non-bedah dibutuhkan.
M. Perawatan
pada gingivitis
Peradangan baik ringan maupun berat merupakan
sumber infeksi penyakit – penyakit pada tubuh. Sebagaimana umumnya dalam bidang
kedokteran gigi, perawatan untuk peradangan gingiva harus menekankan penjagaan
oral higiene. Pembuangan plak dan semua faktor retensinya harus diutamakan dan
dituntaskan segera.
Berikut perawatan yang dapat dilakukan pada
peradangan gingiva yaitu :
1.
Skeling dan Root Planing
Skeling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari
permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa
– sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk
menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama skeling dan
root planing adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang
semua elemen yang menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari
permukaan gigi.
Prosedur
skeling dan root planing perlu
dilakukan dan banyak menggunakan waktu. Penelitian menunjukkan pada kondisi
yang klinis terjadi peningkatan secara umum setelah root planing. Namun demikian, terdapat beberapa daerah yang tidak
memberikan respon terhadap terapi ini. Faktor berikut dapat membatasi
keberhasilan perawatan root planing yaitu
: anatomi akar gigi, furkasi, dan kedalaman probing.25 Beberapa minggu setelah root planing, evaluasi ulang harus dilakukan untuk melihat respon
perawatan.
Instrumen
skeling, root planning, dan kuretase
digunakan untuk pembersihan plak dan deposit yang terkalsifikasi pada mahkota
dan akar gigi, dan pembersihan jaringan lunak yang membentuk poket. Instrument
skeling dan kuretase diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Skeler sickle
merupakan instrumen berat yang digunakan untuk membersihkan kalkulus
supragingiva.
b.
Kuret merupakan instrumen yang digunakan
untuk skeling subgingiva, root planning,
dan pengangkatan jaringan lunak yang membentuk poket.
c.
Skeler hoe,
chisel, dan file digunakan untuk membersihkan kalkulus subgingiva yang keras,
dan sementum yang mengalami perubahan. Instrumen ultrasonik dan sonik digunakan
untuk skeling dan pembersihan permukaan gigi, dan kuretase dinding jaringan
lunak pada poket periodontal.
2.
Penyikatan gigi
Dalam
suatu penelitian mengenai kebiasaan menyikat gigi di Amerika menunjukkan hanya
60% masyarakat melakukannya dengan ketat. Hasil ini menunjukkan pentingnya
motivasi dan penyuluhan tentang penjagaan kebersihan mulut. Selain itu
kesempurnaan hasil penyikatan lebih penting daripada teknik penyikatannya.
3.
Flossing
Flossing
bermanfaat untuk membuang plak dari daerah proksimal yang tidak dapat dicapai
oleh penyikatan gigi. Telah terbukti bahwa flossing daerah proksimal dapat
mengurangi terjadinya peradangan dan perdarahan gingiva pada orang dewasa.
Flossing sebagai alat yang
berguna untuk menentukan status peradangan gingiva interproksimal pada anak,
khususnya pada kondisi kesehatan gingiva.
4.
Berkumur dengan obat
Berbagai
obat kumur hanya sedikit yang berisi bahan kimia yang mampu mematikan bakteri
plak, sehingga hanya obat kumur tertentu yang mendapatkan pengakuan dari
American Dental Assosiation. Keunggulan obat kumur adalah dapat menyerap ke
daerah subgingiva walaupun hanya beberapa milimeter saja. Jadi obat kumur tetap
paling efektif terhadap plak supragingiva.
5.
Irigasi gingiva
Air
yang digunakan sebagai irigator selain berhasil membuang partikel makanan, juga
dapat membuang produk bakteri sehingga lebih efektif daripada berkumur. Irigasi
ini bermanfaat karena dapat dilakukan ke dalam sulkus maupun poket sehingga
ditemukan jumlah spesies Actinomyces
maupun Bacteroides dapat berkurang.
Selain
itu Peradangan gingiva juga dapat dihilangkan dengan penggunaan irigasi
subgingiva tunggal selama empat minggu berupa klorheksidin atau larutan saline.
6.
Pengurutan gingiva
Mengurut
gingiva dengan sikat gigi menyebabkan penebalan epitel, peningkatan
keratinisasi dan aktivitas mitotik dalam epitel dan jaringan ikat, serta
terbuangnya plak. Semua keadaan ini meningkatkan kesehatan gingiva sehingga
dapat dianjurkan untuk melakukan terapi pada gingiva yang mudah berdarah.
BAB III KESIMPULAN
Gingivitis adalah peradangan gingiva. Macam -
macam gingivitis terdiri dari :
1.
Gingivitis marginalis kronis, merupakan suatu
peradangan gingiva pada daerah margin.
2.
Eruption gingivitis, merupakan peradangan
yang terjadi di sekitar gigi yang sedang
3.
Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth
(eksfoliasi parsial), pada pinggiran margin yang tererosi akan terdapat
akumulasi plak, sehingga dapat terjadi edema sampai dengan abses.
4.
Gingivitis pada maloklusi dan malposisi,
peradangan disertai dengan perubahan warna gingiva menjadi merah kebiruan,
pembesaran gingiva, ulserasi, dan bentuk poket dalam
5.
Gingivitis pada mucogingival problems,
kerusakan atau penyimpangan morfologi, keadaan, dan kuantitas dari gingiva di
sekitar gigi antara margin gingiva dan mucogingival junction
6.
Gingivitis karena resesi gusi lokalisata,
terjadi karena trauma sikat gigi, alat ortodontik, frenulum labialis yang
tinggi, dan kebersihan mulut yang buruk.
7.
Gingivitis karena alergi, adanya peradangan
pada gingiva yang bersifat sementara terutama berhubungan dengan perubahan
cuaca.
8.
Gingivitis Artefacta, peradangan karena
perilaku yang sengaja melakukan cedera fisik dan menyakiti diri sendiri.
Penyebabnya antara lain :
1.
Acquired Pelicle, merupakan lapisan tipis,
licin, tidak berwarna, translusen, aseluler, dan bebas bakteri.
2.
Materi Alba, Suatu deposit lunak, berwarna
kuning atau putih keabu-abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi,
kalkulus, dan gingiva.
3.
Food Debris, sisa makanan dan lebih mudah
dibersihkan.
4.
Plak gigi, mikroorganisme pada permukaan gigi
yang melekat pada matriks polimer saliva yang berasal dari bakteri.
Peradangan Ginggiva
1.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor lokal
2.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
perubahan sistemik.
3.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor hormon
4.
Peradangan gingiva yang disebabkan oleh
faktor nutrisi
5.
Gingivitis yang disebabkan oleh faktor
non-plak
a.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Bakteri
Spesifik
b.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Virus
Ø Infeksi
Virus Herpes
Ø Gingivostomatitis
Herpetika Primer
Ø Herpes
Zooster
c.
Penyakit Gingiva yang Berasal dari Jamur
Ø Candidosis
Ø Linear
Gingival Erythema
d. Penyakit
Gingiva yang Berasal dari Faktor Genetik
Ø Hereditary
Gingival Fibromatosis
KARAKTERISTIK GINGIVITIS
1.
Perubahan Warna Gingiva
Warna
gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan ukuran pembuluh
darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam epitel.
2.
Perubahan Konsistensi
Baik
kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada konsistensi gingiva
normal yang kaku dan tegas.
3.
Perubahan Klinis dan Histopatologis
Macam
|
Perubahan Klinis
|
Gambaran Mikroskopis
|
Gingivitis Kronis
|
1. Pembengkakan lunak yang dapat membentuk lubang
sewaktu ditekan.
|
1. Infiltrasi cairan dan eksudat pada peradangan.
|
2. Gingiva lunak pada saat probing dan area permukaan pinpoint tampak kemerahan.
|
2. Degenerasi jaringan konektif dan epitel yang memicu
peradangan
|
|
3. Konsistensi kaku dan kasar
|
3. Fibrosis dan proliferasi epitel akibat
peradangan kronis yang berkepanjangan.
|
|
Ginggivitis Akut
|
1. Pembengkakan dan gingiva yang lunak.
|
1. Edema yang berasal dari peradangan akut.
|
2. Debris berwarna keabu-abuan.
|
2. Nekrosis dengan pembentukan membran yang terdiri
dari bakteri, leukosit polimorfonuklear, dan degenerasi epitel fibrous
|
|
3. Pembentukan vesikel.
|
3. Edema interseluler dan intraseluler dengan
degenerasi nukleus dan sitoplasma, dan rupture dinding sel
|
4.
Perubahan Tekstur Jaringan Gingiva
Permukaan
gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai stippling. kehilangan stippling merupakan tanda awal dari
terjadinya gingivitis.
5.
Perubahan Posisi Gingiva
Salah
satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi pada gingiva.
6.
Perubahan Kontur gingiva
Perubahan
pada kontur gingiva berhubungan dengan pembesaran gingiva, tetapi perubahan
tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain.
Mekanisme terjadinya gingivitis
1. Lesi
inisial atau lesi awal, Pada tahap ini plak mulai berakumulasi, pertama plak
ini terdiri dari bakteri cocci dan
batang gram positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri gram negatif.
Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi.
2. Lesi
dini atau early lesion, ada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis
eritema. Eritema terjadi karena proliferasi kapiler dan meningkatnya
pembentukan kapiler.
3. Lesi
mapan atau established lesion, pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis
karena seluruh pembuluh darah membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik
terganggu atau rusak sehingga aliran darah menjadi lambat.
4. Lesi
lanjut atau lesi advanced, perluasan
lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap keempat yang
disebut sebagai lesi advanced atau
fase kerusakan periodontal.
Bakteri yang berperan pada gingivitis
mayoritas disebabkan oleh mikroorganisme yang berada pada atau dibawah margin
gingiva diantaranya Actinomyces dan Streptococcus, Prevotella intermedia dan
Prevotella nigrescens, Fusobacterium nucleatum, Capnocytophaga
spp, Eubacterium spp. dan spirochete pada gingiva yang mengalami
peradangan.
Mekanisme aksi bakteri pada gingivitis
·
Invasi
·
Agen sitotoksik
·
Enzim
·
Mekanisme imunopatologi
·
Aksi gabungan
Perilaku yang berhubungan dengan gingivitis
·
Merokok
·
Waktu penyikatan gigi
·
Jenis sikat gigi yang digunakan
·
Frekuensi penyikatan gigi
·
Teknik menyikat gigi
·
Kebiasaan menusuk gigi
·
Obat-obatan atau medikasi
Perawatan yang dapat dilakukan pada
peradangan gingiva yaitu :
1.
Skeling dan Root Planing
2.
Penyikatan gigi
3.
Flossing
4.
Berkumur dengan obat
5.
Irigasi gingiva
6.
Pengurutan gingiva
DAFTAR PUSTAKA
--------. 201. Mikrobiologi Rongga Mulut, (Online), (http://the-best-dentistry.blogspot.com,
diakses 08 juni 2013)
--------. 2012. Bakteri Penyebab Ginggivitis, (Online), (http://id.prmob.net,
diakses 08 juni 2013)
--------. 2010. Fakta Informasi Mengenai Ginggivitis, (Online),
(http://amazine.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2012. Ginggivitis, (Online), (http://doktermaya.wordpress.com, diakses
08 juni 2013)
0 Response to "Makalah mikrobiologi Rongga mulut penyebab ginggivitis (radang gusi)"
Post a Comment