Makalah Virologi dan Ricketsiologi



BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

Laporan terbaru oleh Komite Internasional taksonomi virus (2005) daftar 5450 virus, diselenggarakan di lebih dari 2.000 spesies, 287 genera, 73 keluarga dan 3 perintah.
Virologi sering dianggap bagian mikrobiologi atau patologi. Virologi adalah studi tentang virus. Virus muncul dari materi non-hidup, secara terpisah dari dan secara paralel untuk bentuk-bentuk kehidupan lain, mungkin dalam bentuk self-reproducing RNA ribozymes mirip dengan viroid. Virus yang muncul dari sebelumnya, lebih kompeten selular bentuk kehidupan yang menjadi parasit untuk sel inang dan kemudian kehilangan banyak fungsi mereka; contoh seperti prokariota parasit kecil adalah mikoplasma dan Nanoarchaea. Takson di virologi tidak selalu monofiletik.
Ricketsiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang Ricketsia. Ricketsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia dan merupakan parasit obligat intra seluler, ukuran sangat kecil, selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil, mengandung asam – nukleat (RNA,DNA), berkembang biak dengan membelah biner, Ditularkan ke manusia dengan perantara srthopoda, misal: melalui gigitan serangga pada kulit.

B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.   Bagaimana pengertian, sejarah, struktur, karakteristik, ukuran, pengelompokan, reproduksi, dan pertumbuhan virus ?
2. Bagaimana pengertian, klasifikasi, karateristik, interaksi, patologi, gmabaran klinis, metabolism, penyakit yang ditimbulkan, pengobatan dan cara pencegahan rickettsia ?

C.     Tujuan
1.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi.
2.    Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang virology dan ricketsiologi.


BAB II PEMBAHASAN


A.  VIROLOGI

1.    Pengertian Virologi

Virologi ialah cabang biologi yang mempelajari makhluk suborganisme, terutama virus. Istilah Virologi diambil dari dua suku kata yaitu berasal dari kata virus dan logos (Ilmu), sehingga virologi merupakanstudi tentang Ilmu yang mempelajari tentang virus seperti agen : struktur, klasifikasi, evolusi, cara-cara menginfeksi dan memanfaatkan sel virus reproduksi, penyakit yang menimbulkan, teknik untuk mengisolasi dan budaya, dan penggunaannya dalam penelitian dan terapi.
Virologi sering dianggap bagian mikrobiologi atau patologi.Virologi bermanfaat bagi industri farmasi dan pestisida dan menjadi perhatian pada bidang kedokteran, kedokteran hewan, peternakan, perikanan dan pertanian karena kerugian yang ditimbulkan virus dapat bernilai besar secara ekonomi. Cabang utama dari virologi adalah klasifikasi virus. Bentuk dan struktur virus telah dipelajari oleh mikroskop elektron, spektroskopi NMR dan kristalografi sinar-X.
Laporan terbaru oleh Komite Internasional taksonomi virus (2005) daftar 5450 virus, diselenggarakan di lebih dari 2.000 spesies, 287 genera, 73 keluarga dan 3 perintah.

2.    Sejarah Virologi

Pada pertengahan abad ke 19, eksistensi dunia mikroba dalam bentuk bakteri, jamur dan protozoa telah mampu di-buktikan. Pada masa tersebut, pemakaian postulat Koch yang menyatakan bahwa suatu penyebab penyakit harus :
·      Dapat ditemukan pada lesi penyakit
·      Dapat dibuat biakan murni,
·      Menimbulkan penyakit yang sama jika diinokulasikan pada pejamunya,
·      Dapat diisolasi kembali dari lesi eksperimental tersebut, telah secara luas
diterima ilmuwan sebagai dogma.
Pada periode tersebut, Jacob Henle mengajukan hipotesis bahwa di dunia ini terdapat makhluk yang sangat kecil dan tidak mampu diamati dengan mikroskop biasa serta mampu menyebabkan penyakit; tetapi karena tiadanya bukti-bukti ilmiah yang meyakinkan, hipotesis ini banyak sekali ditentang.
Pada akhir abad ke 19, Adolf Mayer dan Dimitri Ivanofsky berhasil menginfeksi tembakau sehat dengan filtrat tembakau sakit yang telah dilewatkan pada saringan yang mampu menahan bakteri. Walaupun demikian mereka tidak menyimpulkan bahwa etiologi penyakit tersebut adalah organisma yang lebih kecil dari bakteri. Bukti awal bahwa etiologi penyakit tersebut merupakan organisma submikroskopik dideskripsikan oleh Martinus Bei-jerinck. Beijerinck membuktikan bahwa infektifitas etiologi penyakit mosaik tembakau yang telah berulang kali diencerkan akan meningkat kembali jika dipasasi pada tanaman hidup. Bukti ini diperkuat dengan Felix Herelle tentang titrasi virus bakteri dengan cara esai plaque pada tahun 1917 dan keberhasilan memvisualisasikan virion dengan mikroskop elektron pada tahun 1939.
Pada tahun 1947, Seymour Cohen dan kawan melakukan penelitian tentang infeksi bakteriofaga pada sintesis DNA dan RNA. Cohen menemukan bahwa terjadi perubahan dramatik pada inetabolisme RNA, DNA dan protein pada sel pejamu yang terinfeksi virus. Penelitian ini menunjukkan bahwa infeksi virus mampu menimbulkan tatanan baru dalam sintesa makromolekul oleh set pejamu. Pada periode yang hampir bersamaan ditemukan teknologi pembiakan virus pada biakan sel sebagai pengganti binatang hidup dan telur berembrio. Temuan ini memung-kinkan pengendalian variabel penelitian lebih baik. Temuan dalam bentuk teknologi dan bahan serta ide yang dikem-bangkan daripadanya terbukti berdampak luas, misalnya saja dalam hal pembuatan vaksin. Jika antara tahun 1798-1949, semua vaksin dibuat dalam telur berembrio, setelah periode tersebut banyak vaksin dibuat dalarn biakan sel dengan scaling up yang lebih efisien dan efek samping vaksin yang lebih kecil.
Pada sisi lain, pemakaian biakan sel memungkinkan virus V dapat dipakai sebagai pelacak untuk mengetahui berbagai fenomena biologis. Dengan menggunakan sel yang diinfeksi oleh virus, dapat diketahui lebih jauh bagaimana pemrosesan pascatranlasi protein, baik berupa pemecahan atau peng-gabungan, penambahan gugus karbohidrat ataupun terjadinya fosforilasi. Dengan kata lain, banyak pengetahuan tentang inetabolisme sel baik yang normal maupun yang tidak normal berasal dari penelitian interaksi virus dan sel dan dengan dasar itu pula terbuka kemungkinan untuk merekayasa fungsi sel.

3.    Struktur dan Karakteristik Virus

Virus selalunya terdiri daripada lapisan protein sebagai pelindung (sampul), teras protein yang menyimpan gen virus, dan gen virus itu sendiri. Sampul yang selalunya dihasilkan daripada membran sel perumah, melindungi genom virus dan memberikan mechanisme (the involuntary and consistent response of anorganism to a given stimulus) kepada virus tersebut.
a.    Kepala
Kepala virus berisi DNA dan bagian luarnya diselubungi kapsid. Satu unit protein yang menyusun kapsid disebut kapsomer.
b.    Kapsid
Kapsid adalah selubung yang berupa protein. Kapsid terdiri atas kapsomer. Kapsid juga dapat terdiri atas protein monomer yang yang terdiri dari rantai polipeptida. Fungsi kapsid untuk memberi bentuk virus sekaligus sebagai pelindung virus dari kondisi lingkungan yang merugikan virus.
c.    Isi tubuh
Bagian isi tersusun atas asam inti, yakni DNA saja atau RNA saja. Bagian isi disebut sebagai virion. DNA atau RNA merupakan materi genetik yang berisi kode-kode pembawa sifat virus. Berdasarkan isi yang dikandungnya, virus dapat dibedakan menjadi virus DNA (virus T, virus cacar) dan virus RNA (virus influenza, HIV, H5N1). Selain itu di dalam isi virus terdapat beberapaenzim.
d.   Ekor
Ekor virus merupakan alat untuk menempel pada inangnya. Ekor virus terdiri atas tubus bersumbat yang dilengkapi benang atau serabut. Virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak mempunyai ekor.

4.    Ukuran Virus

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid tersebut.
Bagian-bagian ini berfungs  dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.

5.    Pengelompokkan Virus

Berdasarkan jenis asam nukleat, virus dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu virus ARN (ribovirus) dan virus ADN (deoksiribovirus).
·      Virus DNA (dibagi menjadi ganda-terdampar DNA virus dan virus DNA tunggal umum jauh lebih sedikit),
·      Virus RNA (dibagi menjadi virus RNA tunggal arti positif, negatif-sense tunggal RNA virus dan virus RNA ganda-terdampar umum jauh lebih sedikit),

6.    Reproduksi Virus

Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu :
a.    Daur litik (litic cycle)
·      Fase Adsorbsi (fase penempelan)
Ditandai dengan melekatnya ekor virus pada sel bakteri. Setelah
menempel virus mengeluarkan enzim lisoenzim (enzim penghancur)
sehingga terbentuk lubang pada dinding bakteri untuk memasukkan asam
inti virus.
·      Fase Injeksi (memasukkan asam inti)
Setelah terbentuk lubang pada sel bakteri maka virus akan memasukkan
asam inti (DNA) ke dalam tubuh sel bakteri. Jadi kapsid virus tetap berada
di luar sel bakteri dan berfungsi lagi.
·      Fase Sintesis (pembentukan)
DNA virus akan mempengaruhi DNA bakteri untuk mereplikasi bagianbagian
virus, sehingga terbentuklah bagian-bagian virus. Di dalam sel
bakteri yang tidak berdaya itu disintesis virus dan protein yang dijadikan
sebagai kapsid virus, dalam kendali DNA virus.
·      Fase Asemblin (perakitan)
bagian-bagian virus yang telah terbentuk, oleh bakteri akan dirakit
menjadi virus sempurna. Jumlah virus yang terbentuk sekitar 100-200 buah dalam satu daur litik.
·      Fase Litik (pemecahan sel inang)
Ketika perakitan selesai, maka virus akan menghancurkan dinding sel
bakteri dengan enzim lisoenzim, akhirnya virus akan mencari inang baru.
b.    Daur lisogenik (lisogenic cycle)
·      Fase Penggabungan
Dalam menyisip ke DNA bakteri DNA virus harus memutus DNA bakteri,
kemudian DNA virus menyisip di antara benang DNA bakteri yang
terputus tersebut. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri terkandung
materi genetik virus.
·      Fase Pembelahan
Setelah menyisip DNA virus tidak aktif disebut profag. Kemudian DNA bakteri mereplikasi untuk melakukan pembelahan.
·      Fase Sintesis
DNA virus melakukan sintesis untuk membentuk bagian-bagian viirus
·      Fase Perakitan
Setelah virus membentuk bagian-bagian virus, dan kemudian DNA masuk
ke dalam akan membentuk virus baru
·      Fase Litik
Setelah perakitan selesai terjadilah lisis sel bakteri. Virus yang terlepas dari
inang akan mencari inang baru

7.    Pertumbuhan Virus

Virus dapat diperbanyak dengan melakukan kultur sel yaitu menumbuhkan
sel yang terinfeksi virus secara invitro. Media dan Buffer yang digunakan merupakan media kimiawi, tetapi ditambahkan dengan serum 5-20% yang mengandung
stimulan yang penting untuk pembelahan sel. Media yang bebas serum
dengan tambahan stimulan tertentu digunakan untuk beberapa tujuan. Virus ditumbuhkan di dalam kultur bertujuan untuk mendapatkan stockvirus. Virus yang telah diremajakan disimpan pada suhu -700C dan disebut sebagai master-stock, sub master stock, dst., tergantung pada jumlah peremajaannya.
Selain itu dapat juga dengan fertilized embrio. Fertilized embrio memiliki berbagai membran dan rongga yang dapat mendukung pertumbuhan virus. Aliquot kecil dan virus diinokulasikan ke dalam rongga allantoic telur. Virus kemudian menempel dan bereplikasi didalam rongga yang dihasilkan dan sel epitel. Virus kemudian menempel
dan bereplikasi di dalam rongga yang dihasilkan dari sel epitel. Virus
dilepaskan ke cairan allantoik dan dipanen setelah ditumbuhkan selama
sekitar dua hari pada suhu 370C. Vaksin influenza diperbanyak dengan cara
sama seperti ini.
Berbagai contoh virus yang dapat ditumbuhkan secara kultur dan atau melalui
embrio, antara lain:
·      Virus herpes simplex, dapat tmbuh pada bermacam-macam kultur dan pada
membran chorio-allantoic
·      Virus Varicella-zoster, dapat tumbuh lambat dalam kultur sel manusia
(jaringan kulit, paru-paru, dan otot embrio manusia), dan pada sel ginjal
kera *Cytomegalovirus, dapat tumbuh lambat dalam kultur jaringan sel
paru-paru embrio manusia
·      Virus Epstein-Barr, dapat tumbuh pada kultur suspensi dari limfoblas
manusia
·      Virus influenza, dapat tumbuh pada kantung korioalantois telur berembrio

B.  RICKETSIOLOGI

1.    Pengertian Ricketsiologi

Ricketsiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Ricketsia. Ricketsia merupakan bakteri yang patogen kepada manusia dan merupakan parasit obligat intra seluler, ukuran sangat kecil, selalu terdapat dalam sel endotel pembuluh darah kecil, mengandung asam – nukleat (RNA,DNA), berkembang biak dengan membelah biner, Ditularkan ke manusia dengan perantara srthopoda, misal: melalui gigitan serangga pada kulit.

2.    Klasifikasi Ricketsia 

·      Domain         : Bacteria
·      Phylum          : Proteobacteria
·      Class                         : Alpha Proteobacteria
·      Order            : Rickettsiales
·      Family           : Rickettsiaceae
·      Genus            : Rickettsia
·      Spesies          :   
-       Rickettsia felisrickettsia prowazekii
-       Rickettsia rickettsii
-       Rickettsia typhi
-       Rickettsia conorii
-       Rickettsia africae
-       Rickettsia akari

3.    Karakteristik Rickettsia

·      Bentuk cocco basil pleumorfik, batang pendek/coccus
·      Bersifat asam negatif
·      Kurang terwarnai dengan pengecatan gram
·      Dengan menggunakan pengecatan giemsa, berwarna biru, dapat dilihat dengan mikroskop biasa / mikroskop cahaya
·      Tumbuh dalam kantong kuning telor bertunas / pada kuning telor berembrio
·      Preparat didapat dari suspensi kuning telor yang disentrifugasi
·      Isolasi rickettsia hanya pada lab yang direkomendasikan (alasan keamanan biologis)
·      Dapat tumbuh pada kultur sel: 8-10 jam suhu 34oC
·      Mudah mati apabila disimpan pada suhu kamar
·      Rickettsia bila diberi sulfonamid maka penyakit bertambah parah yang disebabkan oleh  rickettsia karena meningkatkan pertumbuhan kuman
·      Tetracyclin dan chlorampenicol adalah therapi efektif karena menghambat pertumbuhan kuman
·      Rickettsia cepat mati/hancur dengan pemanasan, pengeringan, dan bahan kimia bakteriostatik/balterisid
·      Dalam kotoran kering dari serangga/parasit yang mengandung rickettsia prawazekle tahan hidup berbulan-bulan, meski disimpan dalam suhu kamar

4.    Interaksi Rickettsia

Rickettsia spesies yang penyebaranya oleh kutu, dan menyebabkan penyakit pada manusia seperti tifus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, Rocky Mountain spotted fever, Tick Australia Tifus, Pulau Flinders Spotted Fever dan tifus kutu Queensland.rickettsia juga telah dikaitkan dengan berbagai penyakit tanaman. Seperti virus, mereka hanya tumbuh di dalam sel hidup. Penyebab berbagai penyakit, yaitu demam tifus, demam bercak Rocky Mountain , tifus "scrub", dan demam Q. pada umumnya ditularkan oleh serangga penghisp darah. Serangga itu menjadi terjangkiti ketika memakan darah dan individu tterinfeksi. Serangga yang terinfeksi, yang menghisap darah dari individu sehat menjangkiti individu tersebut secara langsung dengan bagian mulutnya sewaktu menembus kulit atau kemudian lewat kotorannya. Yang masuk melalui lapisan-lapisan kulit yang robek.

5.    Patologi

·      Sel-sel mengalami edema (bengkak) dan nekrosis, terdapat trombosit pada pembuluh darah  yang dapat mengakibatkan ruptur, nekrosis, dan dikulit ada lesi vesikuler
·      Dalam jaringan otak ditemukan penumpukan limfosit, leukosit poli morphonuclear, kelainan serupa dilihat dalam pembuluh darah kecil jantung

6.    Gambaran klinis

·      Infeksi rickettsia ditandai dengan demam, sakit kepala, malaise, lesu, kelainan dikulit (skin rush), pembesaran hati, dan limfa
·      Mortalitas 1-90%
·      Setelah sembuh menjadi kebal
·      Masa tunas 1-4 minggu

7.    Metabolisme Rickketsia

a.    Enzim
Rickettsia mempunyai enzim yang penting untuk metabolisme. Dapat mengoksidasi asampiruvat, suksinat dan glutamat serta mengubah asam menjadi asam apartat. Rickettsia juga dapat tumbuh dalam biakan sel. Seperti bakteri, perbandingan kadar RNAdan DNA pada Rickettsia adalah 3,5 : 1. Dinding sel serupa dengan dinding sel kuman Gramnegatif yang terdiri dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat.
b.    Pertumbuhan
Metode untuk menumbuhkan Rickettsia pada embrio ayam ditemukan oleh Ernest William Goodp asture dan universitas Vanderbilt pada awal tahun 1930. Segmen tertentu dari genom Rickettsia menyerupai mitokondria. Genom dari Rickettsia prowazekii adalah 1,111,523 bppanjang dan berisi 834 protein-kode gen. Genus Rickettsia sendiri dinamai menurut Howard Taylor Ricketts (1871-1910) yang bekerja dan mati disebabkan penyakit thypi.

c.    Pemeliharaan
Jika disimpan pada suhu 0C Rickettsia akan kehilangan aktivitas biologiknya yang serupaaktivitas hemolitik dan respirasinya, toksisitas dan infektivitasnya. Semua aktivitas tersebutdapat dipulihkan jika ditambahkan Nicotinamida adenine dicnucleatide (NAD). Aktivitasbiologiknya juga dapat hilang jika disimpan pada suhu 36C kecuali jika ditambahkanglutamat, piruvat atau ATP.
Rickettsia tumbuh dalam berbagai bagian dari sel. Rickettsia prowazekii dan Rickettsiatyphi (Rickettsia mooseri ) tumbuh dalam sitoplasma sedangkan golongan penyebab stoppedfever tumbuh dalam inti sel. Rochalimaea quintana dapat tumbuh dalam pembenihan tanpasel. Rickettsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat rendah,misalnya dalam telur bertunas pada suhu 32C. Perkembangan kuman akan sangat berkurang jika suhunya dinaikkan sampai 40C.
Pemberian sulfonamida akan memperberat penyakit yang disebabkan oleh Rickettsiakarena obat ini meningkatkan pertumbuhan kuman. Sebaliknya para- amino benzoic acid (PABA ) yang struktur molekulnya analog sulfonamida yang dapat menghambat pertumbuhanrickettsia. Efek hambatan ini dapat dihilangkan oleh parahydroxybenzoic acid. Tetrasiklin dankhloramfenikol dapat menghambat pertumbuhan kuman , keduanya dapat dipakai untuk pengobatan rickettsiosis.


8.    Penyakit yang ditimbulkan

a.    Typhus epidemik
·      Ditularkan oleh kutu manusia, bersarang didalam lipatan pakaian
·      Kutu kepala juga dapat menularkan typhus epidemik tetapi jauh kurang efektif dibanding kutu badan
b.    Typhus endemik
·      Disebut juga murine typhus, ras-typhus atau fleaborne typhus
·      Ditularkan dari tikus ke tikus dan tikus ke manusia
c.    Golongan spotted fever
·      Ditularkan oleh sengkenit (tick), kuman tersebar diseluruh organ termasuk ovarium dan kelenjar ludah
·      Sebagai vektor dan reservoir primer
·      Secara klinis serupa dengan golongan typhus, kelainan kulit mulai dari ekstremitas menyebar ketelapak tangan dan kaki
spotted fever disebabkan oleh sengkenit (tick)


d.   Demam querry (Q fever)
·      Disebabkan oleh caxiella burnetti
·      Tahan hidup diluar sel hospes
·      Penularan pada manusia lewat inhalasi partikel infeksius
·      Segala penyakit: pneumonitis tanpa kelainan kulit
e.    Demam parit (trench fever)
·      Disebut demam 5 hari/demam quintana/demam tulang kering
·      Disebabkan oleh rochalimaca quintana, tidak dapat dibiakan dalam binatang percobaan biasa, biakan sel atau telor bertunas
·      Tumbuh pada agar darah (kadar Co2 10%)
·      Ditularkan oleh kutu manusia lewat tinja yang dikeluarkan
·      Terjadi demam menggigil mendadak, hilang timbul dengan siklus 3-5 hari, sakit kepala, malaise, dan nyeri tulang kering

9.    Pengobatan

·       Obat pilihan selalu 3-5 hari dengan tetrasiklin dan khorampenicol
·       Sulfanomid adalah kontra indikasi
·       Relaps dapat dicegah dengan memberi pengobatan > 10 hari
·       Antibiotik diberikan pada awal sakit dalam jangka pendek dapat terjadi relaps
·       Pengobatan setelah hari ke-6 sakit terjadi relaps

10.     Pencegahan

·       Memutus rantai infeksi imunitas dengan pemberian antibodi
·       Membasmi kutu dengan insektisida
·       Kebersihan lingkungan
·       Mengenakan perlengkapan, misal: sepatu boot, celana panjang terusan, kaos kaki, menggosok anti serangga
·       Vaksinasi aktif dengan menyuntikan antigen dari kantong kuning telor bertunas atau biakan sel yang telah diolah dengan formalin
·       Chlorampenicol/tetracyslin: 3 gr/1x/minggu diminum sekali


BAB III PENUTUP


a.    Kesimpulan

·      Virologi
Virologi diambil dari dua suku kata yaitu berasal dari kata virus dan logos (Ilmu), sehingga virologi merupakanstudi tentang Ilmu yang mempelajari tentang virus seperti agen : struktur, klasifikasi, evolusi, cara-cara menginfeksi dan memanfaatkan sel virus reproduksi, penyakit yang menimbulkan, teknik untuk mengisolasi dan budaya, dan penggunaannya dalam penelitian dan terapi.
Virologi bermanfaat bagi industri farmasi dan pestisida dan menjadi perhatian pada bidang kedokteran, kedokteran hewan, peternakan, perikanan dan pertanian karena kerugian yang ditimbulkan virus dapat bernilai besar secara ekonomi. Cabang utama dari virologi adalah klasifikasi virus. Bentuk dan struktur virus telah dipelajari oleh mikroskop elektron, spektroskopi NMR dan kristalografi sinar-X.
Virus selalunya terdiri daripada lapisan protein sebagai pelindung (sampul), teras protein yang menyimpan gen virus, dan gen virus itu sendiri. Strukturnya terdiri dari kepala, kapsid, isi tubuh, ekor.
Berdasarkan jenis asam nukleat, virus dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu virus ARN (ribovirus) dan virus ADN (deoksiribovirus).  Reproduksi virus secera general terbagi menjadi 2 yaitu litik dan lisogenik prosesproses. Virus dapat diperbanyak dengan melakukan kultur sel dan fertilized embrio.
·      Ricketsiologi
Ricketsiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Ricketsia. Ricketsia merupakan bakteri patogen kepada manusia, parasit obligat intra seluler, ukuran sangat kecil, mengandung asam – nukleat (RNA,DNA), berkembang biak dengan membelah biner. Klasifikasi ricketsia antara lain :
Ø Domain       :Bacteria
Ø Phylum       : Proteobacteria
Ø Class           : AlphaProteobacteria
Ø Order          : Rickettsiales
Ø Family        : Rickettsiaceae
Ø Genus         : Rickettsia
Ø Spesies :   
·      Rickettsia rickettsii
·      Rickettsia typhi
·      Rickettsia conorii
·      Rickettsia africae
·      Rickettsia akari
Gambaran klinis infeksi rickettsia ditandai dengan demam, sakit kepala, malaise, lesu, kelainan dikulit (skin rush), pembesaran hati dan limfa, mortalitas 1-90%, setelah sembuh menjadi kebal, masa tunas 1-4 minggu.
Penyakit yang ditimbulkan antara lain; typhus epidemik, typhus endemik, golongan spotted fever, demam querry (Q fever), demam parit (trench fever). Pencegahannya dengan memutuskan rantai infeksi imunitas dengan pemberian antibodi, membasmi kutu dengan insektisida, sanitasi lingkungan,m engenakan perlengkapan, misal: sepatu boot, celana panjang terusan, kaos kaki, menggosok anti serangga, vaksinasi dan lainnya.







DAFTAR PUSTAKA




--------. 2012. Makalah Virologi Makalah Virologi, (Online), ((http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com, diakses 20 Mai 2013).
--------. 2012. What is Virology, (Online), (http http://www.news-medical.net, diakses 20 Mai 2013).
--------. 2010. Rickettsia, (Online), (http://mitrapustaka.blogspot.com, diakses 20 Mai 2013).
--------. 2012. Rickettsiologi, (Online), (http://yanpurnami.wordpress.com, diakses 20 Mai 2013).
--------. 2011. Makalah Morfologi Rickettsia, (Online), (http://www.scribd.com, diakses 20 Mai 2013).


0 Response to "Makalah Virologi dan Ricketsiologi"

Post a Comment