Mikrobiologi Dalam Rongga Mulut Penyebab Munculnya Penyakit Periodontitis


BAB I PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Periodontitis   merupakan   infeksi   rongga   mulut   yang   sering   dijumpai di masyarakat. Periodontitis dianggap sebagai penyakit nomer dua di dunia setelah pembusukan gigi. Periodontitis cenderung mengarah pada populasi atau daerah ekonomi kurang mampu. Kejadian tersebut menurun dengan standar hidup yang lebih tinggi. Di Amerika Serikat 30-50 % memiliki bentuk parah. Dalam populasi Israel, individu-individu dari Yaman, Afrika Utara, Asia Selatan atau Mediterania prevalensinya lebih tinggi daripada individu dari Eropa keturunan. Sepertinya orang yang tinggal di Asia Timur (misalnya Jepang, Korea Selatan dan Taiwan) memiliki insiden penyakit periodontal terendah di dunia.
Periodontitis sebagian besar disebabkan oleh iritasi bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis, prevotella intermedia, bacteriodes forsytus dan  actinobacillus actinomycetemcomitans serta beberapa  faktor  penyebab lainnya  seperti  halnya oral hygiene jelek, merokok, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi,   usia, masa kehamilan, faktor genetik dan penyakit sistemik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya.
Pada salah satu penelitian ditemukan bahwa hampir 46%  individu berusia 15   tahun terlihat  tanda-tanda  kerusakan tulang  alveolar tahap awal tetapi resorpsi tulang alveolar ini umumnya reversible bila terjadi bersamaan dengan inflamasi gingiva sebelum terjadinya migrasi ke apikal dari epithelium junctional. Prevalensi kedua pada kelompok usia 19-25 tahun adalah 10-29% dan  pada  usia 45 tahun hampir 100%   populasi sudah pernah mengalami kerusakan periodontal. Periodontitis kronis  memiliki  prevalensi hingga 40%  pada populasi orang  dewasa, sedangkan kerusakan jaringan   yang lebih luas terjadi sekitar 7-20%. Perkembangan penyakit tahap berikutnya, gigi menjadi goyang atau mungkin akan kehilangan gigi.
Periodontitis yang berkembang cepat biasanya dimulai sekitar masa pubertas  hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorpsi tulang alveolar yang hebat, mengenai hampir seluruh gigi, bentuk kehilangan tulang yang terjadi vertical atau horizontal atau bisa kedua-duanya.

 

 


BAB II PEMBAHASAN

 

A.  Pengertian

Periodontitis adalah peradangan dari jaringam penyangga gigi yang meliputi ginggiva, serabut-serabut jaringan periodontal, sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari ginggivitis yang tidak dirawat.

B.  Penyebab

1.    Faktor primer :
Penyebab primer penyakit periodontal adalah iritasi bakteri. Meskipun demikian, sejumlah kecil plak biasanya tidak mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal, dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak walaupun mereka mengalami gingivitis.
a.    Teori plak dari etiologi penyakit periodontal :
Hubungan antara kebersihan mulut dan penyakit gingiva sudah ditemukan sejak jaman purba, dewasa ini sudah cukutp banyak bukti yang mendukung hubungan tersebut.
·      Jumlah bakteri yang ada pada leher gingiva yang inflamasi atau poket periodontal lebih besar dari pada leher gingiva yang sehat
·      Bila ada infla1`masi gingiva atau pocket periodontal jumlah organisme dalam mulut meningkat.
·      Penelitian epidemologis terhadap berbagai kelompok populasi menunjukkan hubungan langsung antara jumlah deposit bakteri yang diukur melalui indeks kebersihan mulut dan keparahan inflamasi gingiva.
·      Data epidemiologi menunjukkan hubungan langsung antara status kebersihan mulut dan derajat kerusakan periodontal seperti terlihat dari gambaran radiografi tentang kerusakan tulang alveolar.
·      Penelitian epidemologis menunjukkan bahwa kontrol kebersihan mulut dapat mengurangi terjadinya gingivitis.
·      Kultur bakteri dari pocket periodontal manusia dapat menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi jaringan ikat gingiva.

b.    Teori bakteri spesifik dan non spesifik dari etiologi penyakit periodontal.
·      Teori Spesifik :
Bakteri patogen spesifik tunggal merupakan penyebab penyakit inflamasi periodontal, seperti pada kasus infeksi bakteri eksogen pada manusia yang sangat terkenal, yaitu pneumonia pneumokonal, tifoid, tuberculosis, dan sifilis. Pada keadaan ini perawatan harus diarahkan untuk menghilangkan bakteri patogen spesifik dari dalam mulut. Selanjutnya kontrol plak tidak perlu lagi dilakukan karena plak tanpa bakteri patogen spesifik akan menjadi non-patogenik.
Meskipun demikian, tidak pernah hanya disebabkan oleh bakteri patogen tunggal, sebagian besar disebabkan beberapa bakteri patogen periodontal termasuk Actinoyces, Spirochaeta, dan berbagai bakteri anaerob gram negatif dan lainnya. Cukup banyak penelitian yang diarahkan pada tiga bakteri, Bacteriodes gingivitis, B. intermedius, dan Actionobacillus actinomycetemcomitans.
Bakteri tersebut merupakan anggota dari flora normal rongga mulut. Walaupun bakteri seringkali terdapat dalam proporsi yang besar dari flora subgingiva di daerah berpenyakit yang menunjukkan tanda progresi, bakteri ini juga dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil pada poket non-progressif dan pada keadaan tidak ada penyakit.
·      Teori non – spesifik :
Bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Penyakit inflamasi periodontal terbentuk bila proliferasi bakteri melebihi ambang batas resistensi hospes dan disebabkan karena efek flora plak total. Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingiva dan kerusakan periodontal. Keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung pada komposisinya. Oleh karena itu kontrol plak yang mnyeluruh dianggap perlu untuk mencegah dan merawat penyakit inflamasi periodontal.
2.     Faktor lokal
      Melalui karies yang bila dibiarkan terus menerus maka akan terjadi pulpitis, kemudian ganggren pulpa (gigi mati). Gigi yang mati berlanjut pada peradangan akar akhirnya menjalar ke periodontal membran, disebut periodontitis apikalis
      Melalui karang gigi atau benda asing yang mengiritasi ginggiva dan meluas ke tulang alveolus dan periodontal membran sehingga menyebabkan peradangan pada daerah tersebut, disebut periodontitis marginalis
      Granuloma yang terdesak sehingga  sakit dan arsen yamng terlalu lama sehingga mengiritasi syaraf, disebut periodontitis interadicularis
      Traumatik oklusi
3.    Faktor sistemik
      Kekurangan vitamin A menyebabkan pelebaran periodontal membran
      Karena sakit influenza
4.    Faktor idiopatik, penyebabnya tidak diketahui tetapi tiba-tiba terjadi periodontitis

C.  Macam Periodontitis

1.    Periodontitis marginalis
Peradangan pada jaringan penyangga gigi yang mengenai ginggiva sampai periodontal ligamen
Gejala :
      Bau tidak enak
      Rasa sakit didalam tulang
      Rasa gatal pada ginggiva
      Keinginan penderita untuk menghisap dari dari interdental papil
Tanda klinis :
      Peradangan pada gusi (ginggivitis)
      Adanya poket yang fisiologis (real poket)
      Keluarnya eksudar dari poket
      Jika akut sakit
      Jika kronis tidak sakit
2.    Periodontitis apikalis
Peradangan jaringan periodontal sekitar apeks gigi sebagai lanjutan dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma
Gejala :
      Sakit berdenyut
      Gigi terasa goyang
      Sakit saat oklusi
      Sakit apabila terkena makanan panas
Tanda klinis :
      perkusi dan tekanan sakit
      palpasi pada mukosa daerah apeks kadang-kadang sakit
      bisa terjadi pada gigi vital dan non vital
      terdapat gejala pulpitis yang sudah berlanjut

D.  Mekanisme terjadinya peridontitis

Dimulai dari plak yang merupakan kumpulan dari sisa makanan, bakteri dan cairan dalam mulut yg berwarna kekuningan. Kemudian karang gigi merupakan kumpulan dari plak yg mengalami pengerasan oleh mineral-mineral dalam mulut. Mineral dalam mulut ini didapatkan dari ludah serta cairan gusi (cairan krevikular).
Plak dan karang gigi mengandung bakteri dan racun yang dapat mengakibatkan radang pada gusi atau disebut dengan gingivitis. Tampilannya berupa gusi yg berwarna merah terang, terjadi pembengkakan, mudah berdarah, namun biasanya tidak terasa sakit. Permukaan karang gigi yang kasar dapat memperparah keadaan karena menjadi tempat yg lebih memungkinkan plak untuk menempel.
Bila kondisi tersebut dibiarkan, penyakit bisa bertambah parah. Peradangan bisa meluas, dari peradangan gusi menjadi semakin dalam sehingga mempengaruhi jaringan penyangga gigi yaitu tulang. Kondisi seperti ini disebut dengan periodontitis atau radang jaringan penyangga gigi 

E.   Peran Mikroba terhadap penyakit priodontitis

Bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk membentuk plak pada keadaan oral hygiene yang buruk. Penyakit inflamasi periodontal terbentuk bila proliferasi bakteri melebihi ambang batas resistensi hospes dan disebabkan karena efek flora plak total. Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingiva dan kerusakan periodontal. Keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung pada komposisinya. Oleh karena itu kontrol plak yang mnyeluruh dianggap perlu untuk mencegah dan merawat penyakit inflamasi periodontal. Sehingga penyebab utama penyakit periodontitis adalah iritasi bakteri baik bakteri patogen spesifik maupun bakteri patogen periodontal. Bakteri-bakteri yang berperan terhadap penyakit periodontitis antara lain :
1.    Staphylococcus
Berukuran 0,8 µm, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzymekatalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik dan anaerobik. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %. Jenis Staphylococcus yang trdapat dalam mulut yaitu Staphylococcus candidus, Staphylococcus citreus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus salivarius dan Staphylococcus aureus. Pada spesimen-spesimen yang positive diatas didapatkan 77,9% mempunyai 10 sampai 1000 koloni per mililiter saliva dan 4,5% mempunyai lebih dari 10.000 koloni per milliter saliva.
Infeksi bakteri ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal anastesi, fraktur atau penyebaran dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan lebih banyak pada mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973).
2. Peptococcus
       Genus peptococcus berbentuk bulat, bersifat gram positif, berdiameter 0,5 – 1 µm, pada pewarnaan dijumpai tunggal, berpasangan, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua spesiesnya adalah anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energi. Mempunyai kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Patogenitas dari kuman ini baru timbul bila ada faktor perangsang untuk menjadi pathogen.
3. Streptococcus  
       Genus dari Streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau semifluid media. Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya calase-negative
       Streptococcus merupakan 30 % sampai 60 % dari populasi kuman didalam mulut. Spesies yang paling sering ditemukan adalah streptococcus salivarius, streptococcus sanguis,streptococcus mutans dan streptococcus mitis.
4.    Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan ukuran 0,7 – 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyakan spesies menyebabkan fermentasi karbohidrat sehingga terbentuk berbagai asam organik dan gas.
Beberapa spesies juga memproduksi asam laktat, produksi akhir dari fermantasi menghasilkan acetic, formic, isovaleric, succinic dan berbagai asam organik lainnya. Peptostreptococcus ditemukan terutama didalam mulut dan juga di tractus genitalia wanita. Kemungkinan merupakan etiologi dari ”pueperal sepsis” ”pyogenic” dan infeksi dari luka. Finegold dkk (1972) menyatakan bahwa Peptostreptococcus merupakan penyebab semua infeksi pada manusia.
5.    Spesies Capnocytophaga dan Rothia dentocariosa.
Capnocytophaga berbentuk fusiform, gram negatif, anaerob yang mudah bergerak spesies Rothia bersifat pleomorfik aerob dan berbentuk batang Gram positif. Keduanya mungkin berperan dalam kompleks flora mikrobia dari penyakit periodontal dengan destruksi tulang dominan Capnocytophaga berbentuk fusiform, gram negatif, anaerob.
4.    Veillonella
Genus Veillonella dibagi atas dua spesies yakni Veillonella alcalescens dan Veillonella parvula yang mempunyai diameter 5µm, tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic dan asam-asam lain sebagai sumber energi. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak diberbagai tempat di dalam mulut. Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis, periodontitis, pulmonary gangrene dan tonsilitis. Veillonella terdapat pada plaque dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis marginalis kronis dan periodontitis marginalis kronis.
5.    Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis, gram-negatif, berbentuk batang, anaerobik bakteri patogen. Porphyromonas gingivalis ditemukan dalam rongga mulut, di mana ia terlibat dalam bentuk-bentuk tertentu dari penyakit periodontal, serta saluran pencernaan bagian atas, saluran pernapasan, dan usus besar. Degradasi kolagen yang diamati dalam hasil penyakit periodontal kronis pada bagian dari enzim kolagenase spesies ini. dalam uji in vitro bahwa Porphyromonas gingivalis dapat menyerang fibroblast gingiva manusia dan dapat bertahan hidup di dalamnya dengan adanya konsentrasi yang cukup antibiotik Porphyromonas gingivalis juga menyerang sel-sel epitel gingiva dalam jumlah tinggi

Porphyromonas gingivalis

6.    Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri oral, terdapat dalam rongga mulut manusia, yang berperan peran dalam penyakit periodontal. Organisme ini merupakan komponen plak jika berlebih dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
7.    Prevotella intermedia
Prevotella intermedia (sebelumnya Bacteroides intermedius) adalah Gram-negatif, bakteri patogen obligat anaerob terlibat dalam infeksi periodontal, termasuk gingivitis dan periodontitis, dan sering ditemukan pada akut necrotizing ulcerative gingivitis. Hal ini umumnya terisolasi dari abses dentoalveolar, di mana anaerob obligat mendominasi. Prevotella intermedia menggunakan steroid sebagai faktor pertumbuhan, sehingga jumlah mereka lebih tinggi pada wanita hamil.
8.      Bacteroides forsythus
Tannerella forsythia adalah anaerob, spesies gram negatif bakteri dari family Cytophaga-Bacteroidetes terlibat dalam penyakit periodontal dengan induksi aktivasi sel atau apoptosis.
9.    Campylobacter rectus
Campylobacter rectus adalah spesies CampylobacterCampylobacter rectus sebelumnya dikenal sebagai Wolinella recta, adalah basil gram-negatif anaerob, umumnya diakui sebagai patogen pada periodontitis kronis yang dapat menyebabkan keropos tulang.
10.     Treponema denticola
Treponema denticola adalah gram negatif, obligat anaerob, motil dan sangat proteolitik bakteri. Spesies ini dianggap sebagai salah satu agen penyebab utama periodontitis jika jumlah Treponema denticola dalam mulut meningkat. Treponema denticola tinggal dalam komunitas mikroba kompleks dan beragam di rongga mulut
11.     Actinomycetaceae
Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya diphtheroid atau club-shaped rods dimana cenderung membentuk cabang-cabang filament dijaringan infeksi atau pada kultur invitro. Bersifat tidak bergerak, tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif anaerob, tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk atau tidak membentuk ezyme catalase. Beberapa spesiesnya menimbulkan periodontal pathosis, kelainan permukaan akar atau caries yang dalam.
Spesies Actinomyces terdapat pada gingival plaque dengan penyakit periodontal. Kuman ini memproduksi extracellular polysaccharides tanpa sukrosa, dimana mempunyai kemampuan untuk membentuk plaque gigi.

Actinomycetaceae

12.     Eubacterium dan Propionibacterium
Eubacterium adalah gram-positif, tidak membentuk spora, uniform atau poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Kuman ini juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru-paru dan rongga mulut
Propionibacterium adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”.
Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess jaringan seperti submandibular abscess (Moore dan Holdelman, 1974).
Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak dan di pulpa yang non-vital.
13.     Bacteriodes  
Bacteriodes ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel berbetuk sambungan (terminal) dan melembung ditengah-tengah (center swilling) dan vacuoles, bentuk filamen sering dijumpai, biasanya variasi morphologi sedikit. Kebanyakan didapat dari pembiakan spesimen yang berasal dari rongga mulut khususnya gingival crevice.
Spesies ini menguraikan enzyms collagenase, berperan pada periodontitis kronis, telah terdapat didalam rongga mulut sebelum gigi-geligi tumbuh. Tapi secara umum hidup dalam sulcus gingiva setelah gigi erupsi. Koloni dari Bacteriodes dapat merusak atau melukai (injured), organisme masuk kedalam saluran kelenjer limfa dan peredaran darah sehingga masuk kedalam paru-paru, hati, tulang dan sendi.
14.     Leptotrichia
Mempunyai spesies tunggal yaitu Leptotrichia buccalis, berbentuk lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved) rods, 1,5 µm lebar dan 5 – 15 µm panjang dimana ujungnya bisa bulat(rounded) atau runcing(pointed), tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah gram-positive granules. Leptotrichia buccalis adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 % carbon dioxide merupakan tempat pembiakan dan tubuh yang disukai. Leptotrichia buccalis tidak menimbulkan infeksi rongga mulut yang spesifik. Hadi dan Russell (1969) menemukan Leptotrichia buccalis dalam konsentrasi yang rendah pada ulcerative gingivitis dan advance chronic periodontal diaseas.
15.     Spirochetes
Spirochete adalah genus Treponema yang biasanya terdapat didalam rongga mulut, terutama di gingival crevice. Genus ini adalah unicellular, berbentuk spiral batang, sel bergerak(motile cells) memiliki “axial fibrils” dimana masuk kedalam setiap ujung dari “protoplasmic cylinder”.
Bentuk coccal dan filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi bahwa Spirochetes berperan dalam terjadinya gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari ”oral treponems. Persentase Spirochetes pada debris dari gingival crevise dari subject dengan penyakit periodontal tiga kali lebih banyak dari subject normal.
16.     Entamoeba dan Trichomonas
Hasil penelitian tersebut menemukan Entamoeba gingivalis dan Trichomonas tenax yang terdapat dalam mulut bersih dan sehat, dimana jumlahnya bertambah dengan bertambahnya umur. Pada pasien dengan periodontitis lanjut ditemukan Entamoeba gingivalis 100 % dan Trichomonas tenax 80 % dari subject, 80 % ditemukan pada kedua subject. Koloninya akan bertambah apabila calculus banyak, ada coating tongue dan penyakit periodontal yang berat. Kedua bakteri ini tidak pathogen, keberadaannya berhubungan dengan keadaan Oh dan periodontitis kronis terdapat dalam crevicular epithelium atau didalam plaque disekitar epithel dan jaringan ikat dari ginival crevice

F.   Tindakan perawatan

Tujuan tindakan perawatan periodontitis adalah untuk benar-benar membersihkan bakteri dan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pengobatan akan berhasil jika pasien memperbaiki pola menjaga kesehatan mulut setiap hari.
1.    Perawatan non bedah
Perawatan non bedah yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi periodontitis, antara lain:
  • Scaling, merupakan tindakan untuk menghilangkan kalkulus dan bakteri dari permukaan gigi dan di bawah gusi.
  • Root planing, merupakan tindakan menghaluskan permukaan akar, dan mengecilkan penumpukan kalkulus lebih lanjut.
  • Antibiotik, penggunaan antibiotik topikal atau oral membantu pengendalian infeksi bakteri mencakup larutan kumur antibiotik atau penyisipan benang dan gel yang mengandung antibiotik dalam kantong di antara gigi dan gusi.
2.    Perawatan Bedah
Jika pasien memiliki periodontitis yang mungkin tidak merespon atau tidak membaik dengan perawatan non bedah dan kebersihan mulut yang baik, maka :
  • Pembedahan dengan flap (operasi pengurangan kantong gusi), pada prosedur ini akan dibuat sayatan kecil pada gusi sehingga bagian jaringan gusi dapat diangkat kembali, memperlihatkan akar untuk skala yang lebih efektif dan planing (penghalusan). Karena periodontitis sering menyebabkan kerusakan tulang, tulang pendukung gigi mungkin akan dibentuk ulang sebelum jaringan gusi dijahit kembali pada tempatnya. Prosedur tersebut umumnya membutuhkan 1-3 jam dan dilakukan dengan anestesi lokal.
  • Cangkok jaringan lunak (Soft tissue grafts), ketika kehilangan jaringan gusi oleh penyakit periodontal, garis gusi akan turun sehingga membuat gigi tampak lebih panjang. Oleh karena hal tersebut biasanya dilakukan dengan mengambil sejumlah kecil jaringan dari langit-langit mulut. Prosedur ini dapat membantu mengurangi resesi gusi lebih lanjut, tutup akar gigi yang terbuka dapat memungkinkan penampilan yang lebih baik secara estetik.
  • Cangkok tulang (Bone grafting), dilakukan ketika periodontitis telah menghancurkan tulang sekitar akar gigi. Tulang yang akan dicangkokkan dapat berasal dari fragmen kecil dari tulang pasien sendiri atau tulang sintetik atau tulang dari pendonor. Cangkok tulang dapat membantu mencegah hilangnya gigi. Hal tersebut juga dapat menyebabkan pertumbuhan tulang baru secara alami. Cangkok tulang dapat dilakukan selama masih dimungkinkan regenerasi jaringan.
  • Regenerasi jaringan, memungkinkan pertumbuhan kembali tulang yang telah dihancurkan oleh bakteri dengan menempatkan sepotong kain khusus yang biokompatibel di antara tulang dan gigi. Bahan tersebut akan mencegah jaringan yang tidak diinginkan memasuki daerah penyembuhan, memungkinkan tulang pengganti untuk tumbuh kembali.
  • Enamel matrix derivative application, melibatkan pengolesan gel khusus ke akar gigi yang sakit. Gel tersebut mengandung protein yang sama yang ditemukan dalam pembentukan enamel gigi dan merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan yang sehat.

G.  Pencegahan

      Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
      Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi geligi.
      Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine..
      Kurangi atau menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok
      Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan pembersihan.

 










BAB III KESIMPULAN


Periodontitis adalah peradangan dari jaringam penyangga gigi yang meliputi ginggiva, serabut-serabt jaringan periodontal, sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari ginggivitis yang tidak dirawat. Penyebabnya antara lain :
1.    Faktor primer
·      Plak
·      Bakteri spesifik dan non spesifik
2.    Faktor lokal
      Melalui karies
      Melalui karang gigi atau benda asing
      Granuloma yang terdesak sehingga sakit dan arsen yamng terlalu lama
      Traumatik oklusi
3.    Faktor sistemik
      Kekurangan vitamin A menyebabkan pelebaran periodontal membran
      Karena sakit influenza
4.    Faktor idiopatik, penyebabnya tidak diketahui tetapi tiba-tiba terjadi periodontitis

Pembagian periodontitis adalah :
·      Periodontitis marginalis, peradangan pada jaringan penyangga gigi yang mengenai ginggiva sampai periodontal ligamen
·      Periodontitis apikalis, peradangan jaringan periodontal sekitar apeks gigi sebagai lanjutan dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma

Diawali dari plak yang mengeras menjadi kalkulus sehingga mengiritasi gusi (ginggivitis), bila dibiarkan akan semakin dalam sehingga mempengaruhi jaringan penyangga gigi (periodontitis).  Penyakit periodontitis terbentuk bila proliferasi bakteri melebihi ambang batas resistensi hospes dan disebabkan karena efek flora plak total.. Sehingga penyebab utama penyakit periodontitis adalah iritasi bakteri baik bakteri patogen spesifik maupun bakteri patogen periodontal. Bakteri-bakteri yang berepan terhadap penyakit periodontitis antara lain : Staphylococcus, Peptococcus, Streptococcus, Peptostreptococcus, Capnocytophaga, Rothia dentocariosa, Veillonella, Porphyromonas gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Bacteroides forsythus, Campylobacter rectus, Treponema denticola, Actinomycetaceae, Eubacterium,  Propionibacterium, Bacteriodes, Leptotrichia, Spirochetes, Entamoeba dan Trichomonas dan lainnya.
Tindakan Perawatan bertujuan untuk benar-benar membersihkan bakteri dan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pengobatan akan berhasil jika pasien memperbaiki pola menjaga kesehatan mulut setiap hari.
1.    Perawatan non bedah
·      Scaling, merupakan tindakan untuk menghilangkan kalkulus
·      Root planing, merupakan tindakan menghaluskan permukaan akar, dan mengecilkan penumpukan kalkulus lebih lanjut.
·      Antibiotik
2.    Perawatan Bedah
·      Pembedahan dengan flap (operasi pengurangan kantong gusi)
·      Cangkok jaringan lunak (Soft tissue grafts), dapat membantu mengurangi resesi gusi lebih lanjut, tutup akar gigi yang terbuka dapat memungkinkan penampilan yang lebih baik secara estetik.
·      Cangkok tulang (Bone grafting) – Prosedur ini dilakukan ketika periodontitis telah menghancurkan tulang sekitar akar gigi. Cangkok tulang dapat membantu mencegah hilangnya gigi.
·      Regenerasi jaringan, memungkinkan pertumbuhan kembali tulang yang telah dihancurkan oleh bakteri.
·      Enamel matrix derivative application – Teknik lain dapat melibatkan pengolesan gel khusus ke akar gigi yang sakit.

Pencegahan periodontitis dapat dilakukan dengan :
      Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
      Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi geligi.
      Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine. Lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut.
      Berhenti merokok
      Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan pembersihan.
















DAFTAR PUSTAKA



--------. 2012. Antibiotika Sistemik dalam Perawatan Penyakit Periodontitis, (Online), (http://www.scribd.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2010. Periodontitis, (Online), (http://agoesdoctor.blogspot.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2013. Penyebab Peradangan Periodontitis, (Online), (http://susanblogs18.blogspot.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2012. Arti Periodontitis, (Online), (http://kamuskesehatan.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2013. Bakteri Rongga Mulut, (Online), (http://doktermaya.wordpress.com, diakses 08 juni 2013)




0 Response to "Mikrobiologi Dalam Rongga Mulut Penyebab Munculnya Penyakit Periodontitis"

Post a Comment