BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Periodontitis merupakan
infeksi rongga mulut
yang sering dijumpai di masyarakat. Periodontitis
dianggap sebagai penyakit nomer dua di dunia setelah pembusukan gigi.
Periodontitis cenderung mengarah pada populasi atau daerah ekonomi kurang
mampu. Kejadian tersebut menurun dengan standar hidup yang lebih tinggi. Di
Amerika Serikat 30-50 % memiliki bentuk parah. Dalam populasi Israel,
individu-individu dari Yaman, Afrika Utara, Asia Selatan atau Mediterania
prevalensinya lebih tinggi daripada individu dari Eropa keturunan. Sepertinya
orang yang tinggal di Asia Timur (misalnya Jepang, Korea Selatan dan Taiwan)
memiliki insiden penyakit periodontal terendah di dunia.
Periodontitis
sebagian besar disebabkan oleh iritasi bakteri patogen spesifik seperti Phorphyromonas gingivalis, prevotella
intermedia, bacteriodes forsytus dan actinobacillus actinomycetemcomitans serta
beberapa faktor penyebab lainnya seperti
halnya oral hygiene jelek, merokok, tingkat pendidikan dan status sosial
ekonomi, usia, masa kehamilan, faktor
genetik dan penyakit sistemik yang mengakibatkan kerusakan progresif pada
jaringan periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau
keduanya.
Pada
salah satu penelitian ditemukan bahwa hampir 46% individu berusia 15 tahun terlihat tanda-tanda
kerusakan tulang alveolar tahap
awal tetapi resorpsi tulang alveolar ini umumnya reversible bila terjadi
bersamaan dengan inflamasi gingiva sebelum terjadinya migrasi ke apikal dari
epithelium junctional. Prevalensi kedua pada kelompok usia 19-25 tahun adalah
10-29% dan pada usia 45 tahun hampir 100% populasi sudah pernah mengalami kerusakan periodontal.
Periodontitis kronis memiliki prevalensi hingga 40% pada populasi orang dewasa, sedangkan kerusakan jaringan yang lebih luas terjadi sekitar 7-20%. Perkembangan
penyakit tahap berikutnya, gigi menjadi goyang atau mungkin akan kehilangan
gigi.
Periodontitis yang berkembang cepat biasanya
dimulai sekitar masa pubertas hingga 35
tahun. Ditandai dengan resorpsi tulang alveolar yang hebat, mengenai hampir
seluruh gigi, bentuk kehilangan tulang yang terjadi vertical atau horizontal
atau bisa kedua-duanya.
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Periodontitis adalah peradangan dari jaringam
penyangga gigi yang meliputi ginggiva, serabut-serabut jaringan periodontal,
sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari ginggivitis yang tidak
dirawat.
B. Penyebab
1. Faktor primer :
Penyebab primer penyakit
periodontal adalah iritasi bakteri.
Meskipun demikian, sejumlah kecil plak
biasanya tidak mengganggu kesehatan gingiva dan periodontal, dan
beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang sudah
berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang
merusak walaupun mereka mengalami gingivitis.
a. Teori plak dari etiologi
penyakit periodontal :
Hubungan
antara kebersihan mulut dan penyakit gingiva sudah ditemukan sejak jaman purba,
dewasa ini sudah cukutp banyak bukti yang mendukung hubungan tersebut.
·
Jumlah bakteri yang ada pada
leher gingiva yang inflamasi atau poket periodontal lebih besar dari pada leher
gingiva yang sehat
· Bila ada infla1`masi gingiva atau pocket periodontal jumlah
organisme dalam mulut meningkat.
· Penelitian epidemologis terhadap berbagai kelompok populasi
menunjukkan hubungan langsung antara jumlah deposit bakteri yang diukur melalui
indeks kebersihan mulut dan keparahan inflamasi gingiva.
·
Data epidemiologi menunjukkan hubungan langsung antara status
kebersihan mulut dan derajat kerusakan periodontal seperti terlihat dari
gambaran radiografi tentang kerusakan tulang alveolar.
·
Penelitian epidemologis
menunjukkan bahwa kontrol kebersihan mulut dapat mengurangi terjadinya gingivitis.
·
Kultur bakteri dari pocket
periodontal manusia dapat menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi jaringan
ikat gingiva.
b.
Teori
bakteri spesifik dan non spesifik dari etiologi penyakit periodontal.
·
Teori
Spesifik :
Bakteri patogen spesifik tunggal merupakan
penyebab penyakit inflamasi
periodontal, seperti pada kasus infeksi bakteri eksogen pada manusia
yang sangat terkenal, yaitu pneumonia
pneumokonal, tifoid, tuberculosis, dan sifilis. Pada keadaan ini perawatan
harus diarahkan untuk menghilangkan bakteri patogen spesifik dari dalam mulut.
Selanjutnya kontrol plak tidak
perlu lagi dilakukan karena plak tanpa bakteri patogen spesifik akan
menjadi non-patogenik.
Meskipun
demikian, tidak pernah hanya disebabkan oleh bakteri patogen tunggal, sebagian
besar disebabkan beberapa bakteri patogen periodontal termasuk Actinoyces, Spirochaeta, dan berbagai bakteri anaerob gram negatif dan
lainnya. Cukup banyak penelitian yang diarahkan pada tiga bakteri, Bacteriodes
gingivitis, B. intermedius, dan Actionobacillus actinomycetemcomitans.
Bakteri
tersebut merupakan anggota dari flora normal
rongga mulut. Walaupun bakteri seringkali terdapat dalam proporsi yang besar
dari flora subgingiva di daerah berpenyakit yang menunjukkan tanda progresi,
bakteri ini juga dapat ditemukan dalam jumlah yang lebih kecil pada poket
non-progressif dan pada keadaan tidak ada penyakit.
·
Teori
non – spesifik :
Bakteri mulut terkolonisasi pada
leher gingiva untuk membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang
efektif. Penyakit inflamasi
periodontal terbentuk bila proliferasi bakteri melebihi ambang
batas resistensi hospes dan disebabkan karena efek flora plak total. Semua
bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang menyebabkan
inflamasi gingiva dan kerusakan periodontal. Keadaan ini menunjukkan bahwa plak
akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung pada komposisinya. Oleh karena itu
kontrol plak yang mnyeluruh dianggap perlu untuk mencegah dan merawat penyakit
inflamasi periodontal.
2. Faktor lokal
•
Melalui karies yang bila dibiarkan terus menerus maka akan terjadi
pulpitis, kemudian ganggren pulpa (gigi mati). Gigi yang mati berlanjut pada
peradangan akar akhirnya menjalar ke periodontal membran, disebut periodontitis
apikalis
•
Melalui karang gigi atau benda asing yang mengiritasi ginggiva dan meluas
ke tulang alveolus dan periodontal membran sehingga menyebabkan peradangan pada
daerah tersebut, disebut periodontitis marginalis
•
Granuloma yang terdesak sehingga
sakit dan arsen yamng terlalu lama sehingga mengiritasi syaraf, disebut
periodontitis interadicularis
•
Traumatik oklusi
3. Faktor
sistemik
•
Kekurangan vitamin A menyebabkan pelebaran periodontal membran
•
Karena sakit influenza
4. Faktor
idiopatik, penyebabnya tidak diketahui tetapi tiba-tiba terjadi periodontitis
C. Macam
Periodontitis
1.
Periodontitis
marginalis
Peradangan pada jaringan penyangga gigi yang mengenai ginggiva sampai
periodontal ligamen
Gejala :
• Bau tidak enak
• Rasa sakit didalam tulang
• Rasa gatal pada ginggiva
• Keinginan penderita untuk
menghisap dari dari interdental papil
Tanda klinis :
• Peradangan pada gusi
(ginggivitis)
• Adanya poket yang fisiologis
(real poket)
• Keluarnya eksudar dari poket
• Jika akut sakit
• Jika kronis tidak sakit
2. Periodontitis apikalis
Peradangan jaringan periodontal sekitar apeks
gigi sebagai lanjutan dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma
Gejala :
•
Sakit berdenyut
•
Gigi terasa goyang
•
Sakit saat oklusi
•
Sakit apabila terkena makanan panas
Tanda klinis :
•
perkusi dan tekanan sakit
•
palpasi pada mukosa daerah apeks
kadang-kadang sakit
•
bisa terjadi pada gigi vital dan non vital
•
terdapat gejala pulpitis yang sudah berlanjut
D. Mekanisme
terjadinya peridontitis
Dimulai dari plak yang merupakan kumpulan
dari sisa makanan, bakteri dan cairan dalam mulut yg berwarna kekuningan.
Kemudian karang gigi merupakan kumpulan dari plak yg mengalami pengerasan oleh
mineral-mineral dalam mulut. Mineral dalam mulut ini didapatkan dari ludah
serta cairan gusi (cairan krevikular).
Plak dan karang gigi mengandung bakteri dan
racun yang dapat mengakibatkan radang pada gusi atau disebut dengan gingivitis.
Tampilannya berupa gusi yg berwarna merah terang, terjadi pembengkakan, mudah
berdarah, namun biasanya tidak terasa sakit. Permukaan karang gigi yang kasar
dapat memperparah keadaan karena menjadi tempat yg lebih memungkinkan plak
untuk menempel.
Bila kondisi tersebut dibiarkan, penyakit
bisa bertambah parah. Peradangan bisa meluas, dari peradangan gusi menjadi
semakin dalam sehingga mempengaruhi jaringan penyangga gigi yaitu tulang.
Kondisi seperti ini disebut dengan periodontitis atau radang jaringan penyangga
gigi
E. Peran
Mikroba terhadap penyakit priodontitis
Bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva
untuk membentuk plak pada keadaan oral hygiene yang buruk. Penyakit inflamasi periodontal terbentuk bila
proliferasi bakteri melebihi ambang batas resistensi hospes dan disebabkan
karena efek flora plak total. Semua bakteri plak dianggap mempunyai beberapa
faktor virulensi yang menyebabkan inflamasi gingiva dan kerusakan periodontal.
Keadaan ini menunjukkan bahwa plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung
pada komposisinya. Oleh karena itu kontrol plak yang mnyeluruh dianggap perlu
untuk mencegah dan merawat penyakit inflamasi periodontal. Sehingga penyebab utama
penyakit periodontitis adalah iritasi bakteri baik bakteri patogen spesifik maupun bakteri patogen periodontal.
Bakteri-bakteri yang berperan terhadap penyakit periodontitis antara lain :
1.
Staphylococcus
Berukuran 0,8 µm,
berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan memproduksi enzymekatalase,
fakultatif anaerob serta membentuk asam dari glukosa dalam suasana aerobik dan
anaerobik. Staphylococcus dapat hidup
dan tumbuh dalam air garam dengan kepekatan 7,5 % sampai 15 %. Jenis Staphylococcus yang trdapat dalam mulut
yaitu Staphylococcus candidus,
Staphylococcus citreus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus salivarius
dan Staphylococcus aureus. Pada
spesimen-spesimen yang positive diatas didapatkan 77,9% mempunyai 10 sampai
1000 koloni per mililiter saliva dan 4,5% mempunyai lebih dari 10.000 koloni
per milliter saliva.
Infeksi bakteri ini
sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal anastesi, fraktur atau penyebaran
dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan lebih banyak
pada mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973).
2. Peptococcus
Genus peptococcus
berbentuk bulat, bersifat gram positif, berdiameter 0,5 – 1 µm, pada pewarnaan
dijumpai tunggal, berpasangan, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua
spesiesnya adalah anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai
sumber energi. Mempunyai kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat.
Patogenitas dari kuman ini baru timbul bila ada faktor perangsang untuk menjadi
pathogen.
3. Streptococcus
Genus dari Streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup biologis dari
kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat berpasangan atau
berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi lingkungan dimana dia
hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang hidup dalam cairan atau
semifluid media. Spesies dari genus streptococcus
adalah anaerob fakultatif oleh karenanya calase-negative
Streptococcus
merupakan 30 % sampai 60 % dari populasi kuman didalam mulut. Spesies yang
paling sering ditemukan adalah streptococcus
salivarius, streptococcus sanguis,streptococcus mutans dan streptococcus mitis.
4.
Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif,
bulat sampai oval dengan ukuran 0,7 – 1 µm. Pada pewarnaan ditemukan
berpasangan dan rantai pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora. Reaksi katalis negatif. Kebanyakan spesies menyebabkan fermentasi karbohidrat
sehingga terbentuk berbagai asam organik dan gas.
Beberapa spesies juga
memproduksi asam laktat, produksi akhir dari fermantasi menghasilkan acetic,
formic, isovaleric, succinic dan berbagai asam organik lainnya. Peptostreptococcus ditemukan terutama
didalam mulut dan juga di tractus genitalia wanita. Kemungkinan merupakan
etiologi dari ”pueperal sepsis” ”pyogenic” dan infeksi dari luka. Finegold dkk
(1972) menyatakan bahwa Peptostreptococcus
merupakan penyebab semua infeksi pada manusia.
5.
Spesies Capnocytophaga dan Rothia dentocariosa.
Capnocytophaga
berbentuk fusiform, gram negatif, anaerob yang mudah bergerak spesies Rothia bersifat pleomorfik aerob dan
berbentuk batang Gram positif. Keduanya mungkin berperan dalam kompleks flora
mikrobia dari penyakit periodontal dengan destruksi tulang dominan Capnocytophaga berbentuk fusiform, gram
negatif, anaerob.
4.
Veillonella
Genus Veillonella dibagi atas dua spesies yakni
Veillonella alcalescens dan Veillonella
parvula yang mempunyai diameter 5µm, tidak bergerak, gram-negatif,
oxidase-negatif, anaerob diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan
lactic, succinic dan asam-asam lain sebagai sumber energi. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam
usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak
diberbagai tempat di dalam mulut. Veillonella
mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari spesimen
bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis, periodontitis,
pulmonary gangrene dan tonsilitis. Veillonella
terdapat pada plaque dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan
gingivitis marginalis kronis dan periodontitis marginalis kronis.
5.
Porphyromonas gingivalis
Porphyromonas gingivalis, gram-negatif, berbentuk batang, anaerobik bakteri patogen. Porphyromonas
gingivalis ditemukan dalam
rongga mulut, di mana ia terlibat
dalam bentuk-bentuk tertentu dari penyakit
periodontal, serta saluran
pencernaan bagian atas, saluran
pernapasan, dan usus
besar. Degradasi kolagen yang diamati dalam
hasil penyakit periodontal kronis pada bagian dari enzim kolagenase spesies
ini. dalam uji
in vitro bahwa Porphyromonas
gingivalis dapat
menyerang fibroblast gingiva manusia dan dapat bertahan hidup di
dalamnya dengan adanya konsentrasi yang
cukup antibiotik Porphyromonas
gingivalis juga menyerang sel-sel epitel gingiva dalam jumlah tinggi
6. Fusobacterium
nucleatum
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri oral, terdapat dalam rongga mulut manusia, yang berperan peran dalam penyakit periodontal. Organisme ini merupakan komponen plak jika berlebih dapat
mengakibatkan penyakit periodontal.
7. Prevotella
intermedia
Prevotella intermedia (sebelumnya Bacteroides
intermedius) adalah Gram-negatif, bakteri patogen obligat anaerob terlibat dalam infeksi periodontal, termasuk gingivitis
dan periodontitis,
dan sering ditemukan pada akut necrotizing ulcerative gingivitis. Hal ini umumnya terisolasi
dari abses dentoalveolar, di mana anaerob obligat mendominasi. Prevotella
intermedia menggunakan
steroid sebagai faktor pertumbuhan, sehingga jumlah
mereka lebih tinggi pada wanita hamil.
8. Bacteroides
forsythus
Tannerella forsythia adalah anaerob, spesies gram
negatif bakteri dari
family Cytophaga-Bacteroidetes terlibat dalam penyakit periodontal dengan
induksi aktivasi sel
atau apoptosis.
9. Campylobacter
rectus
Campylobacter rectus adalah spesies Campylobacter. Campylobacter
rectus sebelumnya
dikenal sebagai Wolinella
recta, adalah basil gram-negatif anaerob, umumnya
diakui sebagai patogen pada periodontitis kronis yang dapat menyebabkan keropos
tulang.
10. Treponema denticola
Treponema denticola adalah gram
negatif, obligat anaerob, motil dan
sangat proteolitik bakteri. Spesies
ini dianggap sebagai salah satu agen penyebab utama periodontitis jika jumlah Treponema denticola
dalam mulut meningkat. Treponema denticola tinggal dalam komunitas mikroba kompleks
dan beragam di rongga
mulut
11.
Actinomycetaceae
Actinomycetaceae adalah gram-positif, umumnya
diphtheroid atau club-shaped rods dimana cenderung membentuk cabang-cabang
filament dijaringan infeksi atau pada kultur invitro. Bersifat tidak bergerak,
tidak membentuk endospora, dan not acid-fast. Pada umumnya fakultatif anaerob,
tapi ada satu spesies hidup dengan baik pada kondisi aerobic. Dapat membentuk
atau tidak membentuk ezyme catalase. Beberapa spesiesnya menimbulkan
periodontal pathosis, kelainan permukaan akar atau caries yang dalam.
Spesies Actinomyces terdapat pada gingival
plaque dengan penyakit periodontal. Kuman ini memproduksi extracellular
polysaccharides tanpa sukrosa, dimana mempunyai kemampuan untuk membentuk
plaque gigi.
12.
Eubacterium dan Propionibacterium
Eubacterium adalah gram-positif, tidak
membentuk spora, uniform atau poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat
bergerak, seluruh spesies adalah anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik
seperti butiryc, acetic atau formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Kuman
ini juga ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal
cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal,
paru-paru dan rongga mulut
Propionibacterium adalah gram-positif, tidak
bergerak, tidak membentuk spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan
pleomorphism. Sel coccoid, elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada
beberapa kultur dan sel kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y
dan V atau bergerombol mirip”chinese characters”.
Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan abscess
jaringan seperti submandibular abscess (Moore dan Holdelman, 1974).
Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak dan di pulpa yang non-vital.
Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak dan di pulpa yang non-vital.
13.
Bacteriodes
Bacteriodes
ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel berbetuk sambungan (terminal) dan
melembung ditengah-tengah (center swilling) dan vacuoles, bentuk filamen sering
dijumpai, biasanya variasi morphologi sedikit. Kebanyakan didapat dari pembiakan
spesimen yang berasal dari rongga mulut khususnya gingival crevice.
Spesies ini
menguraikan enzyms collagenase, berperan pada periodontitis kronis, telah
terdapat didalam rongga mulut sebelum gigi-geligi tumbuh. Tapi secara umum
hidup dalam sulcus gingiva setelah gigi erupsi. Koloni dari Bacteriodes dapat merusak atau melukai (injured), organisme masuk
kedalam saluran kelenjer limfa dan peredaran darah sehingga masuk kedalam paru-paru,
hati, tulang dan sendi.
14.
Leptotrichia
Mempunyai spesies
tunggal yaitu Leptotrichia buccalis,
berbentuk lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved) rods, 1,5 µm
lebar dan 5 – 15 µm panjang dimana ujungnya bisa bulat(rounded) atau runcing(pointed),
tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah gram-positive
granules. Leptotrichia buccalis
adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 % carbon dioxide merupakan tempat
pembiakan dan tubuh yang disukai. Leptotrichia
buccalis tidak menimbulkan infeksi rongga mulut yang spesifik. Hadi dan
Russell (1969) menemukan Leptotrichia
buccalis dalam konsentrasi yang rendah pada ulcerative gingivitis dan
advance chronic periodontal diaseas.
15.
Spirochetes
Spirochete adalah genus Treponema yang biasanya terdapat didalam
rongga mulut, terutama di gingival crevice. Genus ini adalah unicellular,
berbentuk spiral batang, sel bergerak(motile cells) memiliki “axial fibrils”
dimana masuk kedalam setiap ujung dari “protoplasmic cylinder”.
Bentuk coccal dan
filamentous yang terdapat dalam plaque, ini menimbulkan spekulasi bahwa Spirochetes berperan dalam terjadinya
gingivitis sampai endotoxin ditemukan dari ”oral treponems. Persentase Spirochetes pada debris dari gingival
crevise dari subject dengan penyakit periodontal tiga kali lebih banyak dari
subject normal.
16.
Entamoeba dan Trichomonas
Hasil penelitian
tersebut menemukan Entamoeba gingivalis
dan Trichomonas tenax yang terdapat
dalam mulut bersih dan sehat, dimana jumlahnya bertambah dengan bertambahnya
umur. Pada pasien dengan periodontitis lanjut ditemukan Entamoeba gingivalis 100 % dan Trichomonas
tenax 80 % dari subject, 80 % ditemukan pada kedua subject. Koloninya akan bertambah
apabila calculus banyak, ada coating tongue dan penyakit periodontal yang
berat. Kedua bakteri ini tidak pathogen, keberadaannya berhubungan dengan
keadaan Oh dan periodontitis kronis terdapat dalam crevicular epithelium atau
didalam plaque disekitar epithel dan jaringan ikat dari ginival crevice
F. Tindakan
perawatan
Tujuan tindakan perawatan periodontitis adalah untuk benar-benar
membersihkan bakteri dan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pengobatan akan
berhasil jika pasien memperbaiki pola menjaga kesehatan mulut setiap hari.
1.
Perawatan non bedah
Perawatan non bedah yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kondisi periodontitis, antara lain:
- Scaling, merupakan tindakan
untuk menghilangkan kalkulus dan bakteri dari permukaan gigi dan di bawah
gusi.
- Root planing, merupakan
tindakan menghaluskan permukaan akar, dan mengecilkan penumpukan kalkulus
lebih lanjut.
- Antibiotik, penggunaan
antibiotik topikal atau oral membantu pengendalian infeksi bakteri
mencakup larutan kumur antibiotik atau penyisipan benang dan gel yang
mengandung antibiotik dalam kantong di antara gigi dan gusi.
2.
Perawatan Bedah
Jika pasien memiliki
periodontitis yang mungkin tidak merespon atau tidak membaik dengan perawatan
non bedah dan kebersihan mulut yang baik, maka :
- Pembedahan dengan flap
(operasi pengurangan kantong gusi), pada prosedur ini akan dibuat sayatan
kecil pada gusi sehingga bagian jaringan gusi dapat diangkat kembali,
memperlihatkan akar untuk skala yang lebih efektif dan planing
(penghalusan). Karena periodontitis sering menyebabkan kerusakan tulang,
tulang pendukung gigi mungkin akan dibentuk ulang sebelum jaringan gusi
dijahit kembali pada tempatnya. Prosedur tersebut umumnya membutuhkan 1-3
jam dan dilakukan dengan anestesi lokal.
- Cangkok jaringan lunak (Soft
tissue grafts), ketika kehilangan jaringan gusi oleh penyakit periodontal,
garis gusi akan turun sehingga membuat gigi tampak lebih panjang. Oleh
karena hal tersebut biasanya dilakukan dengan mengambil sejumlah kecil
jaringan dari langit-langit mulut. Prosedur ini dapat membantu mengurangi
resesi gusi lebih lanjut, tutup akar gigi yang terbuka dapat memungkinkan
penampilan yang lebih baik secara estetik.
- Cangkok tulang (Bone
grafting), dilakukan ketika periodontitis telah menghancurkan tulang
sekitar akar gigi. Tulang yang akan dicangkokkan dapat berasal dari
fragmen kecil dari tulang pasien sendiri atau tulang sintetik atau tulang
dari pendonor. Cangkok tulang dapat membantu mencegah hilangnya gigi. Hal
tersebut juga dapat menyebabkan pertumbuhan tulang baru secara alami.
Cangkok tulang dapat dilakukan selama masih dimungkinkan regenerasi
jaringan.
- Regenerasi jaringan, memungkinkan
pertumbuhan kembali tulang yang telah dihancurkan oleh bakteri dengan
menempatkan sepotong kain khusus yang biokompatibel di antara tulang dan
gigi. Bahan tersebut akan mencegah jaringan yang tidak diinginkan memasuki
daerah penyembuhan, memungkinkan tulang pengganti untuk tumbuh kembali.
- Enamel matrix derivative
application, melibatkan pengolesan gel khusus ke akar gigi yang sakit. Gel
tersebut mengandung protein yang sama yang ditemukan dalam pembentukan
enamel gigi dan merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan yang sehat.
G. Pencegahan
•
Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
•
Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk
mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi geligi.
•
Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk
mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung
chlorhexidine..
•
Kurangi atau menghentikan kebiasaan buruk
seperti merokok
•
Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter
gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan pembersihan.
BAB
III KESIMPULAN
Periodontitis adalah peradangan dari jaringam
penyangga gigi yang meliputi ginggiva, serabut-serabt jaringan periodontal,
sementum dan tulang alveolar sebagai akibat lanjut dari ginggivitis yang tidak
dirawat. Penyebabnya antara lain :
1. Faktor
primer
· Plak
· Bakteri
spesifik dan non spesifik
2. Faktor
lokal
•
Melalui karies
•
Melalui karang gigi atau benda asing
•
Granuloma yang terdesak sehingga sakit dan arsen yamng terlalu lama
•
Traumatik oklusi
3. Faktor
sistemik
•
Kekurangan vitamin A menyebabkan pelebaran periodontal membran
•
Karena sakit influenza
4. Faktor
idiopatik, penyebabnya tidak diketahui tetapi tiba-tiba terjadi periodontitis
Pembagian periodontitis adalah :
· Periodontitis marginalis, peradangan pada jaringan penyangga gigi yang
mengenai ginggiva sampai periodontal ligamen
· Periodontitis apikalis, peradangan jaringan periodontal sekitar apeks gigi sebagai
lanjutan dari peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena trauma
Diawali
dari plak yang mengeras menjadi kalkulus sehingga mengiritasi gusi
(ginggivitis), bila dibiarkan akan semakin dalam sehingga mempengaruhi jaringan
penyangga gigi (periodontitis). Penyakit periodontitis terbentuk bila
proliferasi bakteri melebihi ambang batas resistensi hospes dan disebabkan
karena efek flora plak total.. Sehingga penyebab utama penyakit periodontitis
adalah iritasi bakteri baik bakteri patogen spesifik maupun bakteri
patogen periodontal. Bakteri-bakteri yang berepan terhadap penyakit
periodontitis antara lain : Staphylococcus, Peptococcus, Streptococcus, Peptostreptococcus, Capnocytophaga, Rothia
dentocariosa, Veillonella, Porphyromonas
gingivalis, Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Bacteroides
forsythus, Campylobacter rectus, Treponema denticola, Actinomycetaceae, Eubacterium,
Propionibacterium, Bacteriodes, Leptotrichia, Spirochetes, Entamoeba dan
Trichomonas dan lainnya.
Tindakan Perawatan bertujuan untuk benar-benar membersihkan bakteri dan
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pengobatan akan berhasil jika pasien
memperbaiki pola menjaga kesehatan mulut setiap hari.
1.
Perawatan non bedah
·
Scaling, merupakan tindakan untuk
menghilangkan kalkulus
·
Root planing, merupakan tindakan
menghaluskan permukaan akar, dan mengecilkan penumpukan kalkulus lebih lanjut.
·
Antibiotik
2.
Perawatan Bedah
·
Pembedahan dengan flap (operasi
pengurangan kantong gusi)
·
Cangkok jaringan lunak (Soft
tissue grafts), dapat membantu mengurangi resesi gusi lebih lanjut, tutup akar
gigi yang terbuka dapat memungkinkan penampilan yang lebih baik secara estetik.
·
Cangkok tulang (Bone grafting) –
Prosedur ini dilakukan ketika periodontitis telah menghancurkan tulang sekitar
akar gigi. Cangkok tulang dapat membantu mencegah hilangnya gigi.
·
Regenerasi jaringan, memungkinkan
pertumbuhan kembali tulang yang telah dihancurkan oleh bakteri.
·
Enamel matrix derivative
application – Teknik lain dapat melibatkan pengolesan gel khusus ke akar gigi
yang sakit.
Pencegahan periodontitis dapat dilakukan dengan :
•
Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
•
Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk
mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi geligi.
•
Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk
mengurangi pertumbuhan bakteri dalam mulut, misalnya obat kumur yang mengandung
chlorhexidine. Lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam
penggunaan obat kumur tersebut.
•
Berhenti merokok
•
Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter
gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol rutin dan pembersihan.
DAFTAR
PUSTAKA
--------. 2012. Antibiotika
Sistemik dalam Perawatan Penyakit Periodontitis, (Online),
(http://www.scribd.com, diakses 08 juni 2013)
--------. 2010.
Periodontitis, (Online), (http://agoesdoctor.blogspot.com, diakses 08 juni
2013)
--------. 2013. Penyebab
Peradangan Periodontitis, (Online), (http://susanblogs18.blogspot.com,
diakses 08 juni 2013)
--------. 2012.
Arti Periodontitis, (Online), (http://kamuskesehatan.com, diakses 08 juni
2013)
--------. 2013.
Bakteri Rongga Mulut, (Online), (http://doktermaya.wordpress.com, diakses
08 juni 2013)
0 Response to "Mikrobiologi Dalam Rongga Mulut Penyebab Munculnya Penyakit Periodontitis"
Post a Comment